TRAGEDI BOM BALI

A.    Penyebab Tragedi Bom Bali 2002

Peristiwa bom Bali pada tahun 2002 merupakan salah satu insiden terorisme yang paling besar yang pernah terjadi di Indonesia. Peristiwa ini merupakan serangkaian peristiwa peledakan tiga bom di Bali. Tragedi ini terjadi pada 12 Oktober 2002 di kecamatan Kuta, Bali. Dua ledakan pertama terjdi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di jalan Legin. Kuta, Bali sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsultan Amerika Serikat, walaupun jaraknya bejauhan. Insiden ini menewaskan 220 orang dan mencederakan 209 orang lain yang kebanyakan merupakan orang asing. Peristiwa ini dianggap sebagai kasus pidana terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia sebagai contoh kejahatan kemanusiaan.

Bali merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berada di antara pulau Madura dan pulau Lombok. Keindahan pulau bali telah dikenal di berbagai mancanegara. Pesona alam, keindahan alam dan ramah tamah penduduknya membuat bali menjadi salah satu destinasi kunjungan wajib wisatawan dari seluruh mancanegara. Bali sendiri merupaka wilayah yang mayoritas di huni oleh masyarakat penganut agama Hindu. Bali merupakan penyumbang devisa terbesar dari sector pariwisatanya. Meskipun banyak kunjungan wisata asing namun masyarakat Bali tetap kokoh memegang teguh adat istiadat yang berlaku.

Peristiwa bom Bali menimbulkan traumatis bagi seluruh masyarakat Bali dan bisa memicu penyebab konflik antar ras. Bahkan peristiwa ini menjadi sorotan pemberitaan badi dunia luar, sebab korban yang jatuh banyak berasal dari warga negara asing yang kebetulan memang sedang berlibur ke pulau Bali. Tentu saja peristiwa ini memiliki sebab sehingga akhirnya menyebabkan aksi pengeboman. Serangan ini terjadi tepat 1 tahun, 1 bulan, dan 1 hari setelah 11 september ke Menara WTC, amerika Serikat.

Bali dianggap sebagai wilayah maksiat, para teroris beranggapan Bali merupakan lokasi yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Mereka (teroris) mengklaim bahwa disana banyak terjadi tindak kemasiatan. Secara umum teroris memang menyerang tempat-tempat yang mereka anggap menjadi tempat bersarangnya tindakan maksiat. Dalam paham yang di anut para terorisme terdapat paham radikal dimana mereka hendak menciptakan sebuah negara dengan kondisi yang sesuai dengan tatanan yang mereka inginkan. Pulau Bali yang indah nan mempesona berubah menjadi lautan darah dan lautan air mata. Duka yang mendalam menyelimuti seluruh korban yang ditinggalkan. Tentunya paham yang dianut oleh para terorisme ini tidak ada agama yang membenarkanya. Bahkan agama hadir sebagai bagian dan cara untuk memanusiakan manusia bukan membuat manusia jadi tidak manusiawi.

B.     Upaya Penyelesaian Tragedi Kasus Bom Bali 2002

Tim investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri telah dibentuk pada 20 Oktober 2002 untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy’s Pub yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg. Sementara di dekat konsultan Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.

C.    Runut Kejadian Pengeboman Bom Bali 2002:

·         12 Oktober 2002, Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali diguncang bom. Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang menjadi korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan. Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 Wita, bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

·         16 Oktober 2002, Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan. Lebih dari 50 orang telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik Australia ikut diterjunkan untuk identifikasi jenazah.

·         20 Oktober 2002, Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50–150 kg. Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.

·         29 Oktober 2002 , Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang mencoreng nama Indonesia itu. Putri Soekarno itu memberi deadline, kasus harus tuntas pada November 2002.

·         30 Oktober 2002, Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga sketsa wajah tersangka pengebom itu dipublikasikan.

·         4 November 2002, Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan identitas tersangka telah dikantongi petugas. Tak cuma itu, polisi juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para tersangka. Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.
·         5 November 2002, Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur.

·         6 November 2002, 10 Orang yang diduga terkait ditangkap di sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai.

·         7 November 2002, Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir yang disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

·         8 November 2002, Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka dalam tindak pidana terorisme.

·         9 November 2002, Tim forensik menemukan residu bahan-bahan yang identik dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan kesaksian Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan Amrozi dalam kasus bom valid.

·         10 November 2002, Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi tim inti peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin adalah eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M Gufron dan Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan. Polisi pun memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi), dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai Amrozi sebagai bengkel.

·         11 November 2002, Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas kehutanan yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut membantu meracik bahan peledak untuk dijadikan bom.

·         17 November 2002, Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga merupakan perajik bom Bali I. Bersama Ali Imron, Umar alias Wayan, dan Umar alias Patek, merekapun ditetapkan sebagai tersangka.

·         26 November 2002, Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali, ditangkap di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya dia hendak melarikan diri ke Sumatera.

·         1 Desember 2002, Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap mastermind bom Bali yang jumlahnya empat orang, satu di antaranya anggota Jamaah Islamiah (JI).

·         3 Desember 2002, Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi) ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.

·         4 Desember 2002, Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di Klaten, Solo, Jawa Tengah, di antaranya Ali Imron (adik Amrozi), Rahmat, dan Hermiyanto. Sejumlah wanita yang diduga istri tersangka juga ditangkap.

·         16 Desember 2002, Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang masih siswa SMU di Lamongan. Tim juga berhasil menemukan 20 dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat seberat satu ton di rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Lamongan yang diduga milik Amrozi.

·         18 Desember 2002, Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia membuka dan membeberkan Dokumen Solo, sebuah dokumen yang dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen tersebut berisi tata cara membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu juga memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) dan topografi suatu daerah serta sejumlah rencana aksi yang akan dilakukannya.

·         6 Januari 2003, Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali.

·         16 Januari 2003, Ali Imron bersama 14 tersangka yang ditangkap di Samarinda tiba di Bali.

·         8 Februari 2003, Rekonstruksi bom Bali I.

·         12 Mei 2003, Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.

·         2 Juni 2003, Imam Samudra mulai diadili.

·         30 Juni 2003, Amrozi dituntut hukuman mati.

·         7 Juli 2003, Amrozi divonis mati.

·         28 Juli 2003, Imam Samudra dituntut hukuman mati.

·         10 September 2003, Imam Samudra divonis mati.

·         28 Agustus 2003, Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati.

·         2 Oktober 2003, Ali Gufron divonis mati.

·         30 Januari 2007, PK pertama Amrozi cs ditolak.

·         30 Januari 2008, PK kedua diajukan dan ditolak.

·         1 Mei 2008, PK ketiga diajukan dan kembali ditolak.

·  21 Oktober 2008, Mahkamah Konstitusi tolak uji materi terhadap UU Nomor 2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi mati yang diajukan Amrozi cs.

·         9 November 2008, Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan.
Kasus Bom Bali 2002 sebanyak 26 orang tersangka sudah tertangkap dan dihukum sesui dengan peran mereka masing-masing dalam tragedi kasus Bom Bali 2002, ada tiga orang terpidana yang di vonis dengan eksekusi mati yaitu Amrozi, Imam Samudra dan Ali Gufron (Muklas).
D.    Tragedi Bom Bali 2005

Pengeboman Bali 2005 adalah serangkaian pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Bom bunuh diri ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pariwisata di Bali mengingat pada 12 Oktober 2002, serangan bom serupa menewaskan 202 orang.
Pengeboman terjadi dalam tiga lokasi terpisah yaitu kafe nyoman, kafe menega dan restoran R.AJA’s. Kuta square. Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun 2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan.
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa jenis bom yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh "serpihan tajam" (shrapnel), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang tubuhnya.

E.     Upaya Penyelesaian Tragedi Kasus Bom Bali 2005

Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman ini jelas merupakan "pekerjaan kaum teroris".
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda, yang telah melaksanakan pengeboman di hotel Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada tahun 2004, Bom Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009. Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas melaksanakan serangan secara beruntun dan pada waktu yang bertepatan seperti pada 11 September 2001. Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan nama dua orang yang telah diidentifikasi sebagai para pelaku:
·         Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di Kafé Nyoman
·         Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah - pelaku peledakan di Kafé Menega
Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat berhasil diidentifikasi sebagai pelaku peledakan di Restoran R.AJA’s.
Pada acara konferensi pers, presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM, sehingga menjadi kurang peka.
Dalam konferensi pers pada 2 Oktober, Inspektur Jenderal Made Mangku Pastika menunjukkan video salah satu pengebom memasuki Restoran Raja di Kuta dengan menyanggul ransel, dan meledakkannya.
Pada 9 November 2005, polisi melakukan penyergapan di sebuah vila di Kota Batu. Dalam peristiwa tersebut, Dr. Azahari, buronan asal Malaysia yang diduga merupakan orang yang membuat bom dalam dua kali pengeboman di Bali, tewas ditembak polisi.
Kemudian pada hari yang sama di Semarang, dilakukan penyergapan dan perburuan di tempat persembunyian buronan lainnya, Noordin M. Top. Di situ, polisi menemukan sejumlah barang bukti milik para pelaku Bom Bali 2005, di antaranya rekaman kesaksian ketiga pelaku bom bunuh diri di Bali dan dua kartu tanda penduduk milik dua pelaku pengeboman tersebut. Dalam rekaman video tersebut, salah seorang pelaku mengatakan bahwa perbuatan yang mereka lakukan akan membawa mereka masuk surga. Rekaman kaset tersebut lalu digunakan untuk mencocokkan wajah pelaku dengan kepala para pengebom yang ditemukan di lokasi pengeboman.
Selain itu, pada 16 November, kaset tersebut juga diputarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada 12 kiai Jawa Timur. Melalui pemutaran tersebut, diharapkan para kiai dapat menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pengertian mengenai ajaran Islam yang salah dari para pengebom.

F.     Dampak dari akibat tragedi bom Bali 2005

Peristiwa kali ini tidak menyebabkan pengaruh sebesar Bom Bali 2002. Pemandangan para wisatawan asing yang langsung eksodus ke negara asalnya sehari setelah kejadian tahun 2002 tidak terlalu terlihat pada peristiwa ini.
Mata uang Rupiah sempat melemah pada pembukaan pedagangan sehari setelah kejadian sekitar 100 poin ke kisaran Rp10.400, namun pelemahan ini berkurang pada penutupan perdagangan ke Rp10.305, sehingga total pelemahan adalah 15 poin. Hal yang sama juga terjadi pada IHSG Bursa Efek Jakarta yang mampu pulih dari pengaruh pengeboman di akhir perdagangan sehari setelah peristiwa tersebut.
Secara nasional, perekonomian Indonesia juga diperkirakan tak akan banyak terpengaruh Bom Bali. Sektor pariwisata hanya menyumbangkan sekitar 5% dari perekonomian Indonesia, sehingga dampaknya diyakini kecil.
                     Selain itu, dampak tragedi ini juga terdapat pada maskapai penerbangan. Paska musibah                ini, Air Paradise bangkrut.




SUMBER :


https://id.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002

Komentar