Tugas Resensi Buku


     Buku ke-1

Nama penulis  : Prof. Dr. H. Djaali
Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN               : (13) 978-979-010-002-2
                          (10) 979-010-002-7
Tahun terbit     : --Ed. 1, Cet. 6. --2012
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Rangkuman isi buku
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspeak kemamuan meliputi prestasi belajar, inteligensi, dan bakat; sedangkan aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap dan motivasi. Gagasan tersebut memberikan gambaran kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat, yang terungkap melalui perilaku.
Ilmu tentang kepribadian cakupannya sangat luas, yang pada perkembangannya, teori ini sudah sangat maju dalam pengenalan yang lebih luas tentang kepribadian manusia. Namun, meskipun hanya membatasi sebagian dari pengetauan itu, membicarakan kepribadian merupakan suatu hal yang menarik.
Personality  atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identiras diri. Bagi bangsa Romawi persona berarti “bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, jadi bukan diri yang sebenarnya. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.
Sumber lain melihat, pribadi (persona, personeided) adalah akar structural dari kepribadian, sedang kepribadian (personality, personalidad) adalah pola perilaku seseorang di dalam dunia.
Sebuah organisasi yang dinamis, arinya kepribadian iyu dapat berubah-ubah dan antar berbagai komponen kepribadian tersebut (system psikofisik seperti kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, e,osi, perasaan, dam motif) memiliki hubungan yang erat. Hubungan tersebut terorganisasi sedemikian rupa secara bersama-sama mempengaruhi pola perilaku menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Pertumbuhan diartikan perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif dapat berupa pembesaran atau pertambahan diri tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Manusia secara mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai membuka diri.
Menurut L. Crow & A. Crow, emosi adalah pengalaman yang efektif yang diserati oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fsiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata. Menurut Kaplan dan Saddock, emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang berkaitan dengan  affect dan mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang lain dan affect  dapat bervariasi sebagai respons terhadap perubahan emosi, sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas, meresap dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.
Diketahui bahwa sifat perasaan emosi telah timbul selama masa bayi, bahkan sebagian ahli berpendapat bahwa masa bayi dalam kandungan pun sudah dipengaruhi oleh emosi. Akan tetapi, kita sendiri seringkali kurang mengerti apakah tanda-tanda seperti menangis, tertawa, dan lain-lain pada masa awal bayi disertai atau diikuti dengan intensitas perasaan atau tidak. Menurut Bridges, emosi anak akan berkembang melalui pengalaman, sekalipun masih dangkal dan berubah-ubah. Ketika emosi bayi diungkapkan dalam bentuk marah dan takut dengan menangis atau gemetar.
Ketika bayi sudah berusia 8 bulan, ian mulai dapat memperlihatkan dengan sangat berbeda antara rasa marah dan rasa takut. Selama pertumbuhan, perubahan pada ekspresi emosi itu semakin lama akan semakin jelas berbeda. Sebagai contoh, bayi akan menyerang benda-benda disekitar untuk mengekspresikan kemarahannya, lambat laun ia mampu memusatkan ekspresi emosinya langsung kepada objek yang memang menimbulkan kemarahannya.
Kalau diteliti perkembangan sosial seorang anak sejak lahir, kita akan mengetahui bahwa ia sebenarnya akan menempatkan dirinya sebagai seorang individu dikalangan individu lainnya seperti halnya dia pun dapat menentang dan juga dapat bekerja sama, dapat juga patuh atau tidak. Dalam hubungan dengan keluarga, sahabat, kesetiaannya terhadap kelompok, dan sumbangannya terhadap pola kebudayaan pada zamannya, hal ini merupakan benih-benih penyesuaian sosial dan pembentukan karakter yang terencana yang akhirnya akan tumbuh secara berkesinambungan. Apabila dibimbing dengan layak, akan menciptakan manusia yang bermanfaat.
Perbedaan petumbuhan anak laki-laki dan perempuan yang khas pada masa akhir anak-anak akan memperlihatkan tanda-tanda kesadaran akan perbedaan kelamin. Anak perempuan yang berumur 11-12 tahun bila bermain dengan anak laki-laki, mungkin akan dipanggil tomboy, sebaliknya anka laki-laki akan disebut sissay. Karena anak perempuan lebih cepat matang baik secara fisik maupun secara sosial bila dimandingkan anak laki-laki, maka anak perempuan masa praremaja akan lebih cepat menemukan anak laki-laki yang berkenan di hatinya. Akan tetapi, biasanya hal tersebit ia rahasiakan dari semua temannya kecuali teman yang paling akrab. Sementara anak perempuan tersebut ingin menarik perhatian laki-laki yang berkenan dihatinya, tetapi disamping itu ia juag bisa mengkritik ketidaksopanan, ketidakdewasaan, dan sebagainya terhadap anak laki-laki tersebut. Selaiknya bagi anak laki-laki yang tadinya menganggap lawan jenis sebagai gangguan, sekarang menjadi suatiu daya tarik yang cukup merisaukan bagi dirinya.
Pada masa ini sering kali orang tua merasa kesal atau tersinggung kerena mengalami kegagalan dalam mengendalikan anak. Mula-mula orang tua bisa menoleransikan kegiatan kelompok anaknya, tetapi setelah anaknya tertarik kapada lawan jenisnya, ada sebagian orang tua yang meneriman dan ada yang menolak. Sebetulnya hal ini merupakan pengalaman yang sangat wajar bagi anak-anak muda sebagai suatu persiapan untuk berpartisipasi setelah dewasa dalam menuju ikatan perkawinan. Kadang-kadang terutama seorang ibu lebih banyak ingin mengurung anaknya dirumah agar selalu memperoleh bimbingan darinya seperti seorang bayi. Hal ini dimaksudkan demi pemuasan rasa aman dari orang tuanya. Oleh sebab itu, saat anaknya mengadakan kencan bagi orang tua yang tidak setuju, serig menimbulkan perselisihan ian dan anaknya. Sebagian besar kelompok remaja terdiri atas selusin pemuda atau lebih dan mereka akan peniru yang kuat. Mereka seringkali meniru tanpa menyadari, dan mereka memiliki hak bertindak yang sama menurut aturan oarng dewasa.
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan,  mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sapai pada taraf tertentu, yaitu psikomotis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak), ilmu kognatif menjelaskan bidang penelitian psikologi yang mengurusi proses kognitif seperti perasaan, pengingatan, penalaran, pemutusan dan pemecahan masalah, serta menghindari adanya tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang tertarik pada proses tersebut seperti folosofi.
Manusia dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk dipecahkan. Fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representatif yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal tersebut tampak jelas pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Pengaturan kegiatan kognitif termasuk kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemampuan kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimana menggali ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki, bagaimana berfikir menggunakan konsep, kaidah, pengetahuan yang dimiliki yang merupakan satu perangkat kemahiran yang terorganisasi dengan baik dalam menghadapi problem.
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan maslah penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat menguasai atau memahami sesuatu, merupaka upaya diri peserta didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan (dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar dapat memahami atau dikuasai oleh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan perilaku sesudah menguasai atau memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis. Psikologi dinamis adalah psikologi yang khusus menggarap masalah tentang batin, dorongan, dan mitif yang mempengaruhi perilaku orang-seorang atau pun kelompok. Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar perilaku manusia. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku kehidupan yang baik.
Motivasi munurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorognya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologi yang psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa mitifasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Peranan motivasu dalam mempelajari tingkah laku seseorang besar sekali. Hal ini menurut Wisnubroto Hendro Juwono disebabkan, motivasi diperlikan bagi rein-forcemeny (stimulus tang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku, dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang di kehendaki.
Berkaitan dengan hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, Bruner mengemukakan bahwa siswa dengan tingakat motivasi berprestasi tinggi, cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka menjadi dewasa.
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lai. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam benerapa jensi tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
Kondisis lelah bisa ditimbulkan oleh kerja fisik. Akan tetapi, seringkali apa yang dianggap sebagai kelelahan, sebenarnya karena tidak ada atau hilangnya minat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu sendiri. Jadi, minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengaggumi, atau memiliki sesuatu. Disamping itu minat merupakan bagian ranah afeksu, mulai dari kesadaran sapai pada pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk sesuatu hal (ada unsur seleksi).

Buku ke-2

Nama penulis  : Drs. H. M. Alisuf Sabri
Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN               : 979-659-067-0
Tahun terbit     : cet. 3. 2007
Penerbit           : Pedoman Ilmu Jaya
Rangkuman isi buku
Psikologi pendidikan adalah suatu cabang dari Psikologi yang berkaitan dengan tujuan dan praktek pendidikan di sekolah. Dalam lingkup Psikologi, ilmu Psikologi Pendidikan ini selain termasuk Psikologi Khusus juga merupakan Psikologi Terapan. Psikologi Pendidikan diartikan sebagai suatu ilmu yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip, teori-teori dan tehnik-tehnik yang berkaitan dengan pelaksanaan Belajar Mengajar yang memadai agar guru dapat membimbing perkembangan murid-muridnya kea rah sasaran yang tepat.
Ruang lingkup Psikologi Pendidikan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan tujuan dan prakter pendidikan di sekolah yaitu menyangkut masalah perkembangan anak, masalah efisiensi belajar anak, dan masalah efektivitas mengajar guru.
Metode penelitian psikologi pendidikan, setiap ilmu mempunyai metode penelitian yang akan di gunakan untuk memepelajari/memeliti objek formal guna memperoleh fakta-fakta pengetahuan yang diperlukan oleh setiap ilmu. Psikologi Pendidikan sebagai suatu ilmu juga mempunyai metode-metode penelitian yang erat kaitannya dengan metode-metode penelitian yang erat kaitannyadengan metode-metode yang biasa digunakan dalam psikologi.
Metode penelitian yang biasa digunakan dalam Psikologi Pendidikan ialah metode observasi, Rating Scale, Questionaire (Angket & Interview), Eksperimen, Test, metode klinis-case historis dan metode genetis.
Tujuan dan peranan psikologi pendidikan, tujuan kulikuler mengajar mata kuliah Psikologi Pendidikan di Fakultas Tarbiyah ialah memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperluakn dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang memadai dalam rangka mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dan tnaga kependidikan asama yang prifesional.
Tujuan dikembangkannya Psikologi Pendidikan sebagai suatu ilmu ialah untuk memberikan/menyediakan metode-metode, prinsip-prinsip dan teori untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan untuk membantu guru dan calon guru memahami proses pendidikan/belajar mengajar yang baik.
Peranan psikologi dalam dunia pendidikan ialah membantu mempersiapkan guru dan calon guru yang professional; memperbaiki kurikulum, dan memperngaruhi ide dan pelaksanaan administrasi dan supervisi pendidikan guna kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kwantitatif dan kwantitatif dan kwalitatif yang menyangkut aspek mental psikoligi si anak, seperti perubahan aspek pengetahau, kemamapuan, sifat sosial, moral, agama dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan anak,aspek fisik yang mengalami yang mengalami pertumbuhan adalah menyangkut semua organ dan struktur organnya baik organ fisik dalam seperti jantung, paru-paru dan sebagainya, maupun organ fisik luar seperti kepala, jari tangan dan sebagainya.
Pembawaan dan lingkungan dalam proses perkembangan, ada 3 teori yang membahas masalah pengaruh pembawaan dan lingkungan dalam perkembangan manusia yaitu teori Nativisme, Emopirisme, dan Konvergensi. Teori nativisme secara ekstrim menekankan kepada faktor pembawaan, teori empirisme dengan ekstrim menekankan pada faktor lingkungan, sedangkan teori konvergensi memadukan secara seimbang kedua faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap perkembangan manusia.
Kematangan dan belajar dalam proses perkembangan, kematangan yang dimaksud adalah kematangan potensi fisik atau mental psikologi yang telah dicapai dalam suatu tahap pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan unsur fisik terjadi secara kodrat, hanya tergantung pada waktu atau saatnya matang tiba. Sedangkan kematangan potensi mental psikologi terjadi melalui pengalaman atau latihan.
Dalam kaitannya dengan proses perkembangan mental psikologi kematangan unsur fisik akan berfungsi sebagai Iprerequisite untuk perkembangan, misalnya kematangan otak anak pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual di SD. Demikian pula halnya dengan kematangan unsur mental psikologi yang dicapai di SD, merupakan perquisite untuk keberhasilakenbangan mental psikologi di sekolah lanjutan.
Belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha/pengalaman. Dalam proses perkembangan manusia belajar mempunyai posisi yang sangat menetukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadinya perkembangan (causes of development). Semua kemampuan dan tingakah laku manusia sebagai hasil perkembangan diperoleh melalui proses belajar.
Ciri-ciri kematangan anak untuk masuk sekolah dasar, pengertian kematangan yang ada kaitannya dengan perkembangan diartikan dengan kemampuan/kesanggupan, atau kesiapan, atau masa pekanya suatu fungsi atau potensi untuk dikembangkan atau digunakan. Ciri-ciri adanya kematangan pada diri si anak ditandai dengan adanya: perhatian berlangsung dan kemajuan jika diajar atau dilatih. Fungsi kematangan tersebut dalam proses perkembangan ialah sebagai pemberi bahan mentah perkembangan; pemberi kemudahan bagi pendidikan untuk melatih/menjaga.
Persyaratan anak matang masuk SD mencakup kematangan semua aspek pribadi anak baik segi fisik, mental intelektual, psikologi maupun segi sosial. Dari keempat persyaratan tersebut syarat fisik hanya tinggal menunggu umur 7 tahun anak sudah matang, tetapi syarat kematangan mental intelektual, psikologi, dan sosial akan lebih efektif bila anak di didik di TK, karena fungsi TK ialah sebagai lembaga persiapan untuk masuk SD.
Pandangan psikologi belajar,belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada.
Belajar mencakup semua aspek mental psikologi manusia. Belajar menghasilkan perubhan perilaku baik positif maupun negatif. Belajar di sekolah diarahkan untuk memperoleh perilaku yang positif. Ciri-ciri kegiatan disebut belajar ialah: belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri orang yang belajar baim secara aktual maupun potensional, perubahan itumerupakan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif menetap, prubahan itu terjadi karena usaha.
Ada empat kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya: suatu dorongan atau kebutuhan, suatu perangsangan atau isyarat tertentu, suatu respon utama apakah berupa tindakan motorik;pengamatan; pemikiran atau perubahan fisiologis, suatu ganjaran prngukuhan.
 Tujuan belajar disekolah dimaksud untuk: pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampialan, pembentukan sikap dan perbuatan. Atau sekarang ini tujuan belajar siswa tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu diarahkan untuk mencapai ketiga ranah; kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, yaitu; faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor-fator tersebut terdiri dari: faktor fisiologi, faktor psikologi, faktor lingkungan alam, faktor lingkungan sosial dan faktor instrumental (yang merupakan perangkat kependidikan di sekolah).
Teori-teori belajar ialah konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi. Teori belajar ini secara garis besarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Teori Bealajar menurut Ilmu Jiwa Daya; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi dan Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt.
Menurut teori Ilmu Jiwa Daya, belajar ialah memgasah/melatih daya-daya jiwa seperti berpikir, ingatan, fantasi agar berfungsi secara tajam. Tujuan belajar dengan teori ini ialah untuk pembentuk formil, yaitu untuk membentuk kemampuan fungsi daya-daya tersebut.
Teori Ilmu Jiwa Assosiasi pada umumnya berpendapat bahwa belajar adalah memperkuat hubungan stimulus dengan respon. Yang termasuk teori ini adalah; Toeri Connectionisme dari  Thorndike; Teori Conditioning dari Palvov;  Teori Conditioning dari Skinner; Teori Coonditioning dari Guthrie.
Menurut Teori Connectionisme,  hubungan stimulus respon dapat diperkuat berdasarkan koneksi-koneksi dengan melalui beberapa ketentuan: Law of Effect, Law of Exercise, Low of Multiple Response, Law of Analogy, Law of Readiness.
Teori belajar Conditioning pada umumnya berpendapat bahwa hubungan Stimulus respon   dapat diperkuat dengan sesuatu persyaratan. Pada teori Classical Conditioning Pavlov, persyaratan yang memperkuat stimulus respon ialah suatau situasi/signal atau tanda sebagai pengganti stimulus yang semula menyertai stimulus.
Pada Operant Conditioning menurut Skinner, persyaratan yang memperkuat hubungan stimulus respon ialah sesuatu yang bersifat menguatkan (Reinforcement) yaitu hadiah atau hukuman. Sedangkan menurut teori Conditioning Guthrie yang memperkuat hubungan stimulasi respon ialah “Law of Assiciation”.
Menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt,belajar itu bukan proses assosiasi antara stimulasi dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning melalui latihan-latihan atau ualangan-ualngan seperti pada teori Ilmu Jiwa Assosiasi, tetapi belajar menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemehaman (insight).
Dalam proses pendidikan disekolah ketiga jenis teori belajar diatas harus diterapkan guru guna memperkaya pengalaman belajar siswa agar siswa selain memiliki bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan, juga siswa memiliki bekal kemampuan berfikir, mengingat dan kemampuan memecahkan masalah.
Perbedaan individual dalam bealajar, perbedaan individual dalam proses belajar diartikan dengan pebedaan antar individual siswa di kelas dalam menerima dan menyerap pelajaran. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena heterogenitas kondisi siwa dan dampak kelemahan pelaksanaan sistem klassikal dalam melayani setiap individu siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhu perbadaan individual dalam proses belajar di seklah kebanyakan bersumber dari faktor internal sedikit yang berasal dari faktor internal sedikit yang berasal dari faktor eksternal.
Faktor-faktor internal siswa yang mempengaruhi adalah: faktor kesehatan dan kesegaran fifik, faktor alat indra, faktor mental intelektual, dan faktor psikologis. Adapun faktor eksternal seperti latar belakang keluarga, masyarakat, dan teman-teman yang pengaryhnya dapat dimasukkan dalam faktor psikologis.
Usaha mngatasi perbedaan individual dalam proses belajar disekolah dimaksudkan agar setiap siswa dalam kelas memperoleh keberhasilan belajar yang tuntas. Cara yang harus dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan individual dalam belajar tersebut ialah dengan menerapkan sistem pengajaran individual dan melaksanakan sistem pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dalam kegiatan belajar mengajar.
Peranan sikap, minat dan motivasi dalam belajar, menurut psikologi sikap dan minat merupakan pola reaksi individu terhadap lingkungan. Dalam hal ini sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksikan dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh terhadap suatu hal, benda atau orang.
Minat erat hubungannya dengan sikap dan perasaan senang terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat diartikan sebagai sikap senang kepada sesuatu atau kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.
Sikap yang menunjang belajar adalah sikap positif (sikap menerima/suka) terhadap: pelajaran, guru yang mengajar, lingkungan tempat ia belajar. Minat yang menunjang ialah minat kepada pelajaran dan guru yang mengajar. Ada pun peranan sikap dalam proses belajar akan berfungsi sebagai “Dynamic Force” sedangkan minat akan berperan sebagai “Motivating Force.”
Motivasi ialah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku/perbuatan. Dalam hubungan ini baik motivasi intrinsik maupun mitivasi ekstrinsik dapat mendorong orang untuk mau dan tekun belajar. Sebab motivasi itu akan berperan sebagai: pendorong untuk berbuat, penentu arah perbuatan, penseleksi perbuatan sehingga perbuatan selalu selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi yang baik yang akan memberi kepuasan dalam belajar ialah motivasi.
Kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang dimaksud kesulitan-kesulitan belajar adalah kesukaran yang dihadapi siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan tersebut dapat diamati dalam bentuk perilaku yang menyimpang dan menurunnya hasil belajar siswa.
Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa ada yang berasal dari faktor internal seperti: faktor kemampuan intelektual, faktor afektif seperti perasaan dan motivasi, faktor kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, kemampuan alat inderanya. yang berasal daro faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan guru, kwalitas pbm, serta faktor lingkungan: keluarga, teman dan sebagainya.
Upaya mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat dilakukan dengan mengadakan diagnosis dan remedies terhadap gejala kesulitan yang terjadi yang pelaksanaannya dilakukan dengan langkkah-langkah:
1.      Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar.
2.      Menelaah/menetapkan status siswa.
3.      Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar.
4.      Mengdakan perbaikan.
Tipologi belajar anak didik dan cara memodifikasinya, tipologi belajar dapat diartikan dengan jenis-jenis dan gaya-gaya belajar. Dalam hubungan ini tipologi belajar yang perlu dimodifikasi hanyalah gaya-gaya belajar siswa yang tidak baik. Adapun jenis-jenis belajar semuanya tidak ada yang perlu diperbaiki, bukan sebaiknya semua jenis berlajar dapat dialami ileh si anak.
Menurut Taksonomi Bloom, jenis-jenis belajar terdiri dari 3 aspek, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Gagne mengembangkan menjadi 5 kategori aspek belajar yaitu: informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, belajar sikap dan belajar keterampilan motorik.
Gaya belajar atau Learning Stylyle adalah cara atau kebiasaan siswa dalam belajar baik dalam hal memulai belajar, dalam menerima pelajaran, dalam menyerap pelajaran maupun dalam hal menjawab permasalahan. Gaya belajar yang dimaksud adalah gaya belajar siswa disekolah. Gaya belajar siswa yang baik perlu terus dilestarikan ialah: gaya belajar Field Independence (dalam mulai belajar) gaya belajar Preceptive (dalam menerima pelajaran) dan gaya belajar Reflective (dalam menyerap pelajaran) dan gaya belajar Sistimis (dalam memecahkan/menjawab masalah).
Transformasi dalam belajar, merupakan suatu tahapan dalam proses mengajar yang akan menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai informasi yang dipelajari. Transformasi dalam belajar itu diartikan sebagai proses perubahan bentuk dari informasi yang akan dipelajari menjadi bentuk kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai oleh siswa. Transformasi dalam bealar ini dilakukan siswa pada waktu menyerap pelajaran yang disampaikan guru atau waktu mempelajari textbook.
Konsep transformasi dalam bealajr itu berasal dari teori belajar kofnitif yang disebut dengan Instrumental Conceptualism yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi Jerome Brunner. Atas dasar konsep proses belajarnya itu Brunner membagi tahap kegiatan mengajar menjadi 3 bagia, yaitu: tahap informasi, tahap transformasi dan tahap evaluasi.
Kemempuan anak dan kaitannya dengan intelegensi, intelegensi adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas. Bagi manusia intelegensi ini berfungsi untuk menyesuaikan diri secara mental dengan lingkungan yang dihadapi.
Ada perbedaan individu dari segi intelegensi, ada yang tingkat tinggi, cukup, dan tingkat rendah. Hal ini dibuktikan dengan danya perbedaan kemampuan/kesanggupannya dalam hidup, bekerja berkarya dan berusaha. Makin tinggi intelegensi akan mkin tinggi pula kemampuan untuk berkarya dan berusaha, tetapi sebaliknya makin kurang/rendah intelegensinya akan makin kurang kesanggupannya dan yang paling rendah akan semakin tidak sanggup sama sekali untuk berbuat bahkan hidup mandiri sekalipun.
  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan atau pembentukan intelegensi seseorang itu adalah: faktor pembawaan, faktor kematangan, faktor minat, faktor pembentukan, dan faktor kebebasan perwujudan intelegensi seseorang.


    Buku ke-3

Nama penulis  : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed.
Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN               : 979-692-972-6
Tahun terbit     : Cet. Ke-17, 2011
Penerbit           : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Psikologi pendidikan dan pengajaran, psikologi ialah disiplin ilmu yang membahas perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat ibarat dua sisi koin yang tak mungkin terpisah.
Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan mengajar-belajar. Psikologi pendidikan memiliki objek riset dan kajian berupa siswa dan guru selaku peserta didik dan pendidik. Psikologi pendidikan mula-mula muncul di Jerman berkat kepeloporan Johann Friedrich Herbart (1766-1841), seorang fislof dan psikolog namanya diabadikan sebagai aliran pemikiran pendidikan “Herbartianisme”.
Psikologi pendidikan berkembang berkat pengaruh aliran psikologi lain, diantara yang menonjol ialah aliran humanism, behaviorisme, dan psikologi kofgnitif. Manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut dengan metode sainstifik psikologi.
Prinsip, konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan berpikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola proses mengajar-belajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru seyogianya memahami proses perkembangan dalam hubungannya dengan belajar, mengajar, dan proses belajar mengajar, cara belajar siswa; cara menghubungkan belajar mengajar dengan belajar; cara mengambil keputusan untuk mengelola PMB.
Proses perkembangan dan hubungan dengan proses belajar, perkembangan pada asasnya adalah tahapan perubahan psiko-fisik manusia yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Proses perkembangan dihubungkan dengan tugas-tugasnya terdiri atas fase-fase: 1) bayi dan kanak-kanak; 2) anak-anak; 3) remaja; 4) dewasa awal; 5) setengah baya; 6) usia tua.
Kaidah umum/hukum perkembangan terdiri atas hukum-hukum: 1) konvergensi; 2) pertahanan dan pengembangan diri; 3) keperluan belajar; 4) kesatuan anggota; 5) tempo; 6) irama; 7) rekapitulasi. Perkembangan psiko-fisik terdoro atas: pengembangan motor, pengembangan kognitif, pengembangan sosial dan moral. Aspek-aspek fisik yang berkembang ialah: sistem syaraf, otot-otot, fungsi kelenjar endokrin, struktur jasmani.
Proses perkembangan kognitif meliputi fase-fase: sensori-motor, pra-operasional, konkret-operasional, formal-operasional. Sekema sensori-motor ialah perilaku terbuak yang bersifat jasmaniah yang tersusun secara sistematis dalam diri bayi untuk merespon limgkungan, sedangkan skema kognitif adalah tatanan langkah akliah (cognitive operations) untuk memahami dan menyimpulkan lingkungan yang direspons.
Arti penting pengembangan kognitif siswa ialah untuk: mengembangkan kecakapan kognitif, mengembangkan kecakapan afektif, mengembangkan kecakapan psikomotor. Proses pengembangan sosial dan moral siswa menurut teori Piaget meliputi fase-fase realisme moral, otomoni realisme, dan resiprositas moral.
Proses perkembangan pertimbangan moral menurut teori kognitif versi Kohlberg meliputi tiga tingkatan: moralitas prakonvesional, moralitas konvensional, moralitas pscakonvesional. Prosedur pengembangan perilaku sosial dan moral menurut teori belajar sosial meliput: conditioning, imitation (peniru) terhadap perilaku model.
Belajar, definisi belajar dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang: kuantitatif, institusional, kualitatif. Definisi belajar pada asanya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang nelibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.
Dalam pserspektif psikologi, antara belajar, memori, dan pengetahuan terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Dala perspektif agama (islam) belajar untuk memeroleh pengetahuan yang menggunakan memori dan sensori itu hukumnay wajib. Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas: koneksionisme, pembiasaan klasik, pembiasaan perilaku respons, teori belajar kognitif.
Ciri, perwujudan, jenis, pendekatan, dan faktor yang memengaruhi belajar, ciri khas perubahan-perubahan dalam belajar meliputi sifat yang: intensional (disengaja), positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri), efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).
Manifestasi perilaku belajar tampak dalam: kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi (menghindari hal yang mubazir), apresiasi (menghargai karya-karya bermutu), tingkah laku afektif.
Jenis-jenis belajar meliputi belajar: abstrak, keterampilan, sosial, pemecahan masalah, rasional, kebiasaan, apresiasi, pengetahuan/studi. Efisiensi belajar ialah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik natar usaha belajar dengan hasil belajar. Jadi, ada belajar yang efisien ditinjau dari sudut usaha dan pula yang efisien ditinjau dari sudut hasil. Ragam pendekatan belajar antara lain: pendekatan Hukum Jost, pendekatan Ballard & Clanchy, pendekatan Biggs.
Metode belajar SQ3R adalah kiat mempelajari teks dengan langkah-langkah: pemeriksaan, pembuatan daftar pertanyaan, membaca secara aktif, menghafal jawaban pertanyaan, meninjau ulang semua jawaban atas semua pertanyaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas: faktor internal (dari dalam diri), faktoe eksternal (dari luar diri), faktor pendekatan belajar siswa.
Prestasi, lupa, kejenuhan, dan transfer kesulitan belajar, evaluasi adalah penilaian terhadap keberhasilan program pembelajaran siswa, yang bertujuan antara lain untuk mengetahuai tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa, dan berfungsi antara lain untuk menemukan posisi siswa dalam kelompoknya. Ragam evaluasi terdiri atas: pra test dan post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostic, evaluasi formatif/ulangan, evaluasi sumatif/ulangan untum, dan UAN.
Lupa adalah hilangnya kemsmpusn mengingat/menyebut/melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori, karena: gangguan proaktif, gangguan retroaktif, represi, perbedaan situasi antara waktu belajar dengan waktu memproduksi, perubahan minat dan sikap, tidak pernahdilatih dan dipakai, dan kerusakan syaraf otak.
Kejenuhan belajar (plateau) adalah rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar tapi tidak mendatangkan hasil karena antara lain keletihan mental dan indera-indera.
Transfer belajar ialah pengaruh keterampilan hasil belajar dalam sebuah situasi terhadap kegiatan belajar dalam situasi lainnya dan ragamnya terdiri atas transfer positif, negatif, vertical dan literal.
Kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya konerja akademik dan munculnya misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena faktor intern siswa dan ekstern siswa.
Diagnosis adalah upaya identifikasi fenomena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar siswa, sedangkan diagnostic berarti langkah-langkah prosedural dalam rangka diagnosis (penentuan jenis penyakit/kesulitan belajar).
Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar terdiri atas: analisis hasil diagnosis, identifikasi kecakapan yang perlu perbaikan, dan penyusun program remedial teaching.
Dalam menyususn program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut: tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode pengajaran remedial, alokasi waktu dan teknik evaluasi pengajaran remedial.
Mengajar, mengajar pada asanya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melaui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan siswa agar terjadi proses belajar.
Secara kuantitatif mengajar berarti menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Secara institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Secara kualitatif mengajar berarti membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahaman sendiri.
Pandanga mengajar sebagai ilmu hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas berbagai pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagai seni menganggap bakat keguruan lebih penting dari pada pengetahuan. Rumpun model mengajar terdiri atas model-model: informative processing, social, personal,  dan behavioral.
Metode belajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan penyajian materi pelajaran. Metode pokok mengajar terdiri atas metode-metode: ceramah, diskusi, demonstrasi, dan ceramah plus (CP) seperti: PPTT, CPDT, dan CPDP.
Strategi mengajar ialah sejumlah langkah prosedural untuk mencapai tujuan tertentu dan diaplikasikan dalam metode mengajar. Strategi SPELT adalah sebuah strategi modern yang ditransfer kepada siswa agar menjadi: pemikir dan pemecah masalah, pemilik strategi belajar sendiri yang efisien, lebih sadar akan kemampuan mengendalikan proses terjauh berpikirnya sendiri (kesadaran metacognitive).
Proses mengajar terdiri atas tahap-tahap: prainstruksional termasuk kegiatan pre test, instruksional (penyajiam materi), dan evaluasi dan tindak lanjut termasuk kegiatan post test dan pembarian tugas. Setiap metode mengajar memiliki kelemahan-kelemahan disamping keunggulan-keunggulannya sendiri. Oleh karena itu, guru perlu bijaksana dalam memilih atau memodifikasi metode yang hendak digunakan.
Pendekatan pembelajaran yang inovatif dapat diimplementasikan dalam bebagai pendekatan misalnya Paikem menata kelas dengan bentuk antara lain bentuk leter U.
Guru dan proses belajar dan mengajar, guru adalah tenaga pendidikan yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik.
Dibanyak Negara maju pendidikan keguruan (preservice education) diselenggarakan secara seimbang antara kegiatan kelas dengan kegiatan praktik lapangan. Bahkan di Australia sudah terdapat beberapa lembaga pendidikan keguruan yang hampir seluruh kegiatannya diselenggarakan di sekolah-sekolah tempat praktik.
Karakteristik kepribadian guru meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologi. Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesimya, sedangkan profesionalisme berarti kualitas dan perilaku khusus yang menjadi ciri khas guru profesional. Jadi, dan perilaku khusus yang menjadi ciri khas guru profesional ialah guru yang kompeten dan melaksanakn tugas mengajar sebagai satu-satunya profesi utama yang wajib dilaksanakan.
Kompetensi guru meliputi: kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. PMB ialah sebuah kesatuan kegiatan yang integral dan resiprokal antara guru dan siswa dalam situasi instruksional. Dalam situasi ini guru mengajar dan siswa belajar. PMB dapat berlangsung dalam komunikasi multiarah dan dua arah antara guru dan siswa.
Sasaran PMB terdiri atas sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sedang tujuan-tujuan meliputi: tujuan instruksional, kulikuler, institusional, nasional, dan universal.
PMB dapat dilaksanakan dengan proses sistem: enquiry-discovery, expository, learning for mastery, dan humanistic education. Faktor-faktor yang mempengaruhi PMB ialah: karakteristik siswa, karakteristik guru, interaksi dan metode, karakteristik kelompok, fasilitas fisik, mata pelajaran, dan limgkungan.


    Buku ke-4

Nama penulis  : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN               : 979-514-036
Tahun terbit     : Cet. Ke-17, 2014
Penerbit           : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Manusia sebagai satu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Objek psikologi adalah manusia. Karena sifat-sifat manusai yang sangat kompleks dan unik maka objek psikologi biasanya di bedakan menjadi 2 macam yaitu: 1) objek material; 2) objek formal. Pada umumnya psikologi itu dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu: 1) psikologi metafisika; 2) psikologi empiri.
Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain yaitu: 1) psikologi dan antropologi; 2) psikologi dan sosiologi; 3) psikologi dan fisiologi. Ketiga ilmu-ilmu diatas saling berhubungan, bantu-membantu satu sama lain dan saling isi mengisi. Juga dengan ilmu-ilmu yang lain lagi, seperti: ilmu ekonomi, ilmu hukum, pendidikan, dan sebagainya.
Psikologi pendidikan itu sebenarnya sudah termasuk didalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Andaipun akan menghubungkan psikologi itu dengan berbagai kebutuhan praktek kehidupan manusia, mungkin akan lebih tepat jika kita mengatakan: psikologi dalam hubungannya dengan pendidikan atau kegunaan psikologi dalam pendidikan, kegunaan psikologi bagi industry, psikologi tentang anak abnormal, psikologi dalam hubungannya dengan pengelolaan, dan sebagainya.
Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Crow & Crow, anatara lain ialah:
1.      Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan, dan lingkungan berpengaruh terhadapat belajar;
2.      Sifat-sifat dari proses belajar;
3.      Hubungan dengan tingkat kematangan dengan kseiapan belakar (learning readiness);
4.      Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar;
5.      Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar; dsb.
Pembawaan dan lingkungan, faktor-faktor pembawaan dan lingkungan antara lain: 1) aliran nativisme; 2) aliran empirisme; 3) hukum konvergensi. Pembawaan dan keturunan, banyak para ahli yang berusaha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang berkenan dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelididkan itumasih belum dapat dikatakan memuaskan hasil. Pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan. Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
Manusia berinteraksi dengan dunia luar. Tenaga-tenaga pendorong pada manusia, daya yang mendorong manusia untuk merlakukan perbuatan ialah dorongan nafsu (driften). Dorongan nafsu ialah kekuatan pendorong maju yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda atau pun nilai-nilai yang tertentu.
Dalam garis besar dorongan nafsu dapat dibagi menjadi 3 golongan: 1) dorongan nafsu mempertahankan diri; 2) dorongan nafsu mengembangkan diri, 3) dorongan nafsu mempertahankan jenis. Ada pula yang membagi dorongan nafsu itu menjadi 4 macam yaitu: 1) dorongan nafsu vital; 2) dorongan nafsu egois; 3) dorongan nafsu sosial; 4) dorongan nafsu supra sosial.
Daya-daya yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan dunia lua ialah: pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan.
Bahasa dan berpikir, berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa sedangkan hewan tidak memiliki bahasa. Bahasa manusia adalah hasil kebudaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti: anggapan lepasnya kualitasnya atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian, dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan.  Macam-macam cara berpikir: 1) berpikir induktif, 2)berpikir deduktif, 3) berpikir analogis.
Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Ciri-ciri perbuatan intelejensi, suatu perbuatan dapat dianggap intelejen bila memenuhi beberapa syarat berikut:
1.      Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
2.      Perbuatan intelijen sifatnya serasa tujuan dan ekonimis.
3.      Masalah yang dihadapi, harus mengadung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
4.      Keterang pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5.      Dalam berbuat intelijen sering sekali menggunakan daya mengabstraksi.
6.      Pebuatan intelijen bercirikan kecepatan.
7.      Membutuhkan pemuasan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Faktor yang mempengaruhi intelejensi seseorang yaitu: pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, kebebasan. Hubungan intelegensi dengan kehidupan seseorang, kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Motivasi, motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah laku organism itu. Jika kita tekankan ialah faktanya/objeknya yang menarik organisme itu, maka kita pergunakan istilah perangsang (incentive).
Klasifikasi  motif-motif, menurut Sartain motof-motif dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) physiological drive, 2) social motives. Menurut Woodworth motif-motif dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1) kebutuhan-kebutuhan organis, 2) motif-motif yang timbul sekonyong-konyong, 3) motif obyektif.
Hubungan motif dan minat, the will to live yang seringkali dikatakan motif pokok dari semua makhluk, bagi manusia tidak semata-mata merupakan keinginan, untuk tetap hidup (tidak sakit atau mati), tetapi merupakan juga keinginan untuk hidup dalam hubungan yang aktif dengan lingkungannya.
Pertentangan (konflik) antara motif-motif, kadang-kadang suatu motif mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif yang lain menolaknya (mendorong untuk menghindarinya). Sertain membedakan tiga macam konflik/pertentangan antara motif-motif itu sebagai berikut:
1.      Approach – avoidance conflict,
2.      Approach – approach conflict,
3.      Avoidance – avoidance conflict.
Fungsi dari matif-motif ialah:
1.      Mondorong manusia untuk berbuat atua bertindak.
2.      Menentukan arah perbuatan.
3.      Menyeleksi perbuatan kita.
Dalam kata sehari-hari motif dikatakan seperti: hasrat, maksud, minat, tekad, kemampuan, doromgan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan sebagaimua.
Motif dan motivasi, motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diriseseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak melakukan sesuatu. Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehungga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Tujuan motivasi, tujuannya adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan dalam kurukulum sekolah. Teori-teori motivasi yaitu: 1) teori hedonisme, 2) teori naluri, 3) teori reaksi yang dipelajari, 4) teori pendodrong, 5) teori kebutuhan, 6) teori Abraham Maslow.
Belajar, belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; prose situ terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir, dan latihan.
Cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan bagaimana hubungannya dengan belajar: belajar dan kematangan, belajar dan pengalaman, belajar dan bermain, belajar menghafal/mengingat, belajar dan latihan. Beberapa teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain ialah: teori conditioning, teori connectionism, teori menurut psikologi Gestalt.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar: kematangan/pertumbuhan, kecerdasan/intelijensi, latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang, keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan dan kesempatan.
Transfer dan lupa dalam belajar, transfer belajar disebut positf jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dan diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru. Teori daya dan transfer, ada suatu teori yang erat hubungannya dengan transfer belajar, teori daya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan ilmu jiwa bahwa jiwa itu terdiri atas gejala-gejala/ daya-daya jiwa, seperti: daya mengamati, daya ingat, daya berpikir, daya perasaan, daya kemauan, dan sebagainya.
Perihal lupa, dahulu banyak orang berpendapat bahwa lupa itu terutama disebablkan oleh lamanya waktu antara terjadinya proses ingatan. Karena telah lama maka mudah dilupakan. Tetapi setelah diadakan penelitian oleh para ahli psikologi ternyata bahwa pendapat tersebut tidak benar.
Cara-cara belajar yang baik, Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode didalam belajar, seperti berikut:
a.       Metode keseluruhan kepada bagian.
b.      Metode keseluruhan lawan bagian.
c.       Metode campuran antara keseluruhan dan bagian.
d.      Metode resitasi.
e.       Jangka waktu belajar.
f.       Pembagian waktu belajar.
g.      Membatasi kelupaan.
h.      Menghafal.
i.        Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan.
j.        Retroactive inhibition.
The self, the self adalah individu sebagaimana dipandang/diketahui dan dirasakan adalah individu itu sendiri. Frustasi sebenarnya ialah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan yang tidak puas karena hasrat/dorongan yang tidak dapat ditempuh.
Rintangan-rintangn yang dapat menimbulkan frustasi yaitu: rintangan-rintangan yang bukan manusia, rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain. Reaksi reaksi yang timbul akibat adanya frustasi yaitu: gresi, mengundurkan diri, regresi, fiksasi, represi, gangguan psikosomatis, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, kompensasi, berhayal atau melamun.
Kepribadian, aspek kepribadian yaitu: sifat-sifat kepribadian, intelejensi, pertanyaan diri dan cara meneriman kesan-kesan, kesehatan, sikap terhadap orang lain, pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan, peranan (roles), the self.

Buku ke-5

Nama penulis : Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.pd.

Prof. Dr. Hj. Nurhayati B.,M.Pd.
Judul               :PSIKOLOGI dalam PENDIDIKAN
ISBN               : 979-8433-61-6
Tahun terbit     : cetakan ketiga Juli 2010 (Edisi Revisi)
Penerbit           : ALFABETA, CV
Isi rangkuman buku            
Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik di institusi pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatihan, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur dan institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didk, sehingga proses pembelajaran dikelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, presepsi, daya pikir, intelegasi, fantasi, dan berbagai aspek psikologi lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
Dalam proses pembelajaran dikelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta didk tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peerta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru dikelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dikelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukan oleh peserta didik di kelas sebagai factor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik dikelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajran dikelas yang dapat menumbuhkembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar dikelas.
Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode strategi. Dan pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya.
Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah dilapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atau masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Perubahan yang terjadi pada anak didk selama dalam proses pendidikan.
2.      Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3.      Teori dan proses belajar.
4.      Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5.      Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
6.      Pengaruh kondisi social anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7.      Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidkan.
8.      Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan guru.
9.      Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan.
10.  Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar (Abimanyu, 1996).
Kontrobusi psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia pendidikan memang sangat besar karena menyangkut semua aspek bidang pendidikan, bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga menyangkut masalah-masalah luar proses belajar mengajar.
Guru harus selalu kreatif dalam membelajarkan peserta didik dikelas dengan menerapkan pengetahuan tentang psikologi pendidikan secara optimal dan maksimal. Guru yang kreatif selalu berusaha memahami tentang mengapa dan bagaimana peserta didik dapat belajar dengan baik dan kondisi-kondisi apakah yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efisien, efektif, dan memuaskan peserta didik? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang menjadi kajian psikologi pendidikan dan jawaban pertanyan ini ada dalam isi kajian tentang psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi.secara harfiah atau etimologis, prikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Makna tentang psikologi khususnya tentang objek materialnya, berkembang seirama dengan perkembangan psikologi itu sendiri.
Psikologi pendidikan sebagai bagian dari integral dari disiplin ilmu psikologi berupaya menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psikologi dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi pendidikan meluas menjadi berbagai kajian dalam mengkajitentang masalah-masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas.
Soerjabrata (1074;6-13) ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak did sebagai pusatnya, yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan di kelas.
Jenis-jenis gejala aktivitas umum jiwa manusia yang perlu diketahui oleh calon guru dan guru sebagai berikut:
1.      Perhatian peserta didik.
2.      Motivasi belajar.
3.      Pikiran peserta ddidik.
4.      Perasaan peserta didik.
5.      Sikap belajar peserta didik.
6.      Ingatan peserta didik.
7.      Fantasi peserta didik.
8.      Tanggapan peserta didik.
9.      Minat belajae peserta didik,
10.  Pengamatan belajar peserta didik.
11.  Kepribadian peserta didik.
12.  Inteligensi dan bakat.
Pertumbuhan diartikan sebagai suatau proses perubahan secara fisik yang menunjuk kepada kuantutas. Sedangakan perkembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara psikis yang menunjuk kepada kualitas. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak yang dikaji dalam psikologi perkembangan harus diketahuai dan dipahami oleh para calon guru dan para guru disekolah. Batasan tentang anak dalam kajian ini adalah anak usia sekolah di Taman Kanak-Kanak dan usia ana sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Masalah pertumbuhan anak usia TK dan SD perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru di TK dan SD, karena dengan mengetahui tentang seluk beluk pertumbuhan fisik yang dialami oleh anak TK dan murid SD ynag diajar, para guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas dan aktivitas manajemen dikelas sesuai dengan pertumbuhan peserta didik di TK dan di SD.
Sepert halnya pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai peserta didik, pada remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui manusia, juga makna pertumbuhan dan perkembangan kepada proses perubahan secara fisik dan psikis (jiwa) yang dialami oleh remaja yang bersekolah pada jenjang pendidikan dasar (SLTP/SMP), jenjang pendidikan menengah (SLTA/SMA), dan jenjang pendidikan tinggi (khususnya mahasiswa baru). 
Aktivitas belajae manusia merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didk dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsure proses pendidikan di sekolah. Sedangkan megajar merupakan alat utama bagi guru sebagai pendidik dan pengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai proses pendidikan di kelas.
Tujuan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta disik dalam proses pembelajaran di kelas. Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi yang aktif dan edukatif antara guru dengan peserta yang saling menguntungkan kedua belah pihak agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan efektif. Hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran dapat dicapaisehingga siswa mengalami perubahan perilaku melaui kegiatan belajar.
Jenis-jenis belajar yaitu (1) belajar bagian, (2) belajar dengan wawasan, (3) belajar deskriminatif, (4) belajar secara global atau keseluruhan, (5) belajar incidental, (6) belajar instrumental, (7) belajar intensional, (8) belajar laten, (9) belajar mental, (10) belajar produktif, (11) belajar secara verbal.
Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut menurut Slameto (1988:85) dan Suryabrata (1986) dibagi atas dua factor utama, yaitu factor yangbersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik. Factor yang bersumber dari individu disebut faktor intern dan faktor yang bersumber dari luar diri individu disebut factor ekstern.


Teori-teori dalam belajar pendidikan peserta didik :
1.      Teori belajar behaviorisme
Menurut teori ini bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah lakudapat diamati, bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Teori behaviorisme berpandangan bahwa belajar terjadi melalui operant conditioning.

2.      Teori psikologi kognitif
Bruner sebagai ahli teori belajar psiklogi kognitif memandang proses belajar itu sebagai tigaproses yang berlangsung secaraserempak, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses transformasipengetahuan, dan (3) proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut.

3.      Teori belajar humanisme
Ahli humanisme yang diwakili oleh Carl R. Rogerskurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsnung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanism behwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik (Morris, 1982).

4.      Teori belajar social
Teori belajar social ini dikembangkan oleh Bandura yang merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang trdisional. Teori belajar social ini menekankan banwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkungan itu kerapkali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.

Pengertian mengajar pada hakekatnya ialah usaha unuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sadirman, 1990:47). Mengajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer ipteks kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti menyambpaikan pengetahuan kepada anak didik..

Mengajar lebih cenderung mengandung makna yang aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS ynag dimiliki oleh guru kepada peserta didik agar peserta didik mengetahui memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar meraka menjadi manusia yang mrematuhi nilai, norma, dan etika yang berlakudimasyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik.

Manajemen kelas mengandung pengertian pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan sisiwa dapat belajar secara efektif //9Rachman, 1999:11). Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas, atau juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.

Guru yang efektif juga menguasai strategi pengajaran yang konstruktivistik. Aliran kontruktivistk menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman.  Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar member informasike pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, manamukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis (Brooks dan Brooks dalam Santrock, 2010).

Menurut para ahli pendidikan, mutu proses belajar mengajar diartikan sebagai mutudari aktivitas mengajar tang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas. Sedangkan mutu hasil proses belajar mengajar ialah mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.

Indikator-indikator mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas :
1.      Guru membuka pelajaran dengan ucapan salam
2.      Guru melaukan presensi siswa.
3.      Guru melakukan pengelolaan kelas.
4.      Guru menjelakan materi pelajaran di kelas.
5.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
6.      Guru menjawab pertanyaan siswa.
7.      Guru memberikan penguatan.
8.      Guru mengajukan pertanyaan dasar dan lanjutan.
9.      Guru mengadakan variasi dalam teknik mengajar.
10.  Guru menggunakan stimulasi untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.
11.  Guru mengadakan pengajaran dikelompok kecil.
12.  Guru memimpindiskusi kelompok.
13.  Guru mengajar atas dasar pebedaan individu.
14.  Guru mengajar malaui penemuan siswa.
15.  Guru mengembangkan kreatifitas siswa.
16.  Guru memberikan kegiatan pengayaan dan remedial kepada siswa.
17.  Guru membrukan tugas belajar kepada siswa secara individu maupun kelompok.
18.  Guru menilai sikap dan perilaku kerjamsam siswa dalam mengikuti PBM di kelas.
19.  Guru menilai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dengan tes formatif.
20.  Guru memperjelas kembali jawaban siswa atas pertanyaan siswa lain.
21.  Guru menarik kesimpulan tentang pokok bahasan yang diajarkan pada akhir pertemuan pelajaran di kelas.
22.  Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
23.  Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

     Buku ke-6


Nama penulis : Drs. H. Abu Ahmadi

Drs. Widodo Supriyono
Judul               : PSIKOLOGI BELAJAR
ISBN               : 978-979-518-046-3
Tahun terbit     : --ed. Rev. , cet. 3. -- 2013
Penerbit           : Rineka Cipta
Isi rangkuman buku
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain, yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan member gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi, sosiologi, biologi, dan lain sebagainya.
Hubungan psikologi dengan filsafat. Psikologi adalah ilmu yang bekembang sejak abad ke-17 dan abad ke-18 serta tampak pesat kemajuannya pada abad ke-20. Pada awalnya ilmu ini adalah bagian dari filsafat, sebagai mana ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu hukum, ekonomi, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode ilmu psikologi.
Hubungan psikologi dengan biologi. Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan, berarti bahwa semua benda yang hidup menjadi objek biologi, oleh karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup maka cukup banyak ilmu-ilmu yang bergabung di dalamnya. Maka baik biologi atau psikologi sama-sama membicarakan manusia.
Hubungan psikologi dengan sosiologi. Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia didalam masyarakatnya. Karena itu, baik psikologi maupun sosiologi sama-sama membicarakan tentang manusia, tidaklah mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan didalam meninjau manusia, misalnya contoh tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting adalah hidup bermasyarakat.
Hubungan psikologi dengan pedagogik. Kedua ilmu ini hamper tidak bisa dipisahkna antara satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan timbal balik. Pedagogik sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak lhahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak mendasarkan diri pada psikologi, yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup manusia sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya ditunjukkan oleh psikologi. Oleh karena sangat erat tugas antara keduanya, maka timbul educational psychology (ilmu jiwa pendidikan).
Hubungan psikologi dengan agama. Dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat agama sejak turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang sesuai dengan kondisi dan psikologi pula. Tanpa dasar agama sulit mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Mengingat eratnya hubungan antara keduanya maka lahirlah psikologi agama  (psychologyof religion).
Tujuan mempelajari psikologi untuk memeperolah paham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesame manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya, untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak, untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Tingkah laku manusia berbeda dengan makhluk lain. Tingkah laku manusia tidak terjadi secara spontanitas (timbul dan hilang di saat-saat tertentu) tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Tiap-tiap tingkah laku manusia mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini tampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti balajar atau bekerja, tetapi hali ini juga terdapat pada tingkah laku lain yang tampaknya tidak ada tujuannya.
Psikologi anak, sebenarnya pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, namun belum memandang anak tidak sebagaimana mestinya. Pada abad ke-17 Yohan Amos Comenius yang pertama kali memandang anak sebagai anak didik yang mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh di pandang sebagai orang dewasa. Pada abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipelopori oleh Jean Yaques Rousseau memandang anak sebagai anak. Yean Johan Heinrich Pestalozzi, mempelajari kelakuan anak dalam masa permainan. W. Stern, mempelajari kehidupan anak sebbagai tinjauan pendidikan dan ketabiban. Frederich Frobel menaruh cinta kepada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman kanak-kanak yang terkenal dengan nama Kinder Garten.
Psikologi anak luar biasa. Dalam memahami anak luar biasaini diperlukan memahami kecacatan dan akibat akibat dari kecatatan yang terjadi pada anak/penderita. Pengertian cacat yaitu anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan baik segi fisik mental dan emosi secara sosialnya bila dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. Kelainan meliputi fisik, mental,emosi, maupun sosial, sehingga menimbulakan akibat hambatan tingkah laku sikap dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Tujuan mempelajari psikologi anak luar biasa (psychology of handicap),
1.      untuk mengetahui keadaan anak berkelainan dan pengaruhnya terhadap anak berkelaianan.
2.      Mengetahui sikap dan kepribadian anak berkelainan dalam hubungan dengan lingkungan.
3.      Mengetahui reaksi anak berkelainan dalam penyesuaian diri.
4.      Untuk mengetahui pengaruh keturunannya terhadap kehidupan di masyarakat.
5.      Untuk mengetahui reaksi individu anggota masyarakat dalam menanggapi anak berkelaianan.
Masalah kesulitan belajar. Aktivitas belajar bagi setaiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancae, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Setiap individu memang tidak ada uang sama. Perbedaan indivisual ini pulalah yang menyebabkab perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut  dengan “kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-inteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
 Bimbingan dalam belajar. Masalah adalah merupakan inti dari kegiatan disekolah. Sebab semua di sekolah diperuntukkan bagi keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu memberikan pelayanan, bimbingan disekolah berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi setiap siswa.
Tujuan pelayanan bimbingan sekolah. Dengan bimbingan di sekolah diartikan suatu proses bantuan anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingakah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tujuan pelayanan bimbingan bagi murid adalah untuk:
1.      Membantu dalam memahami tingkah laku orang lain.
2.      Membantu murid murid supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental, dan sosial.
3.      Membentu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
4.      Membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai denga kecakapan, minat bakat, kecakapan belajar, dan kesempatan yang ada.
5.      Membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif intrinsic dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan.
6.      Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
7.      Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri (selt acceptance).
8.      Membantu murid-murid untuk memperoleh keputusan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.

Tujuan pelayanan bimbingan dalam belajar. Karena belajar itu merupakan kegiatan inti pengajaran di sekilah, maka wajiblah murid-murid dibimbing agar tecapai belajarnya. Tujuan bimbingan bealajar secara umum adalah membantu murid-murid adar mendapatkan penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai degan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal.

Kebutuhan-kebutuhan dalam belajar antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Memiliki kondisi fisik yang tetap sehat.
2.      Memiliki jadwal belajar dirumah, yang disusun dengan baik dan teratur.
3.      Memiliki disiplin terhadap diri sendiri, patuh dan taat dengan rencana belajar yang telah dijadwalkan.
4.      Memiliki kamar/tempat belajar yang sesuai dengan seleranya sendiri dan mendorong kegiatan belajar.
5.      Menyiapkan peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar.
6.      Menerangi dalam kamar/tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata.
7.      Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar.
8.      Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.
Perana guru dalam bimbingan belajar. Perkembangan ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat dewasa ini, peranan guru telah meningkat dari pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih meningkat terus, yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajar (designer of instruction), pengelola pengajar (manager of instruction), evaluator of student learning, motivator belajar, dan sebagai pembimbing.
Guru sebagai pembimbing dalam belajar diharapkan mampu untuk:
1.      Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
2.      Membentu setiap siswa dalam mengatai masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3.      Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4.      Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
5.      Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
Funfsi utama dari bimbingan adalah membantu siswa dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan juga perantara dari siswa dalam hubungannya dengan para guru maupun tenaga administrasi. Kebutuhan bimbingan bagi anak-anak ada bermacam-macam yaitu bimbingan belajar, bimbingan penyelesaian, bimbingan pekerjaan, bimbingan karier, bimbingan sosial dan pribadi, bimbingan jabatan.
Pengaja rremedial dalam proses belajar. Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sebagai tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yag telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Proses belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak ada perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar.
Hubungan pengajar perbaikan dalam proses belajar mengajar.. dalam kurikulum sekolah-sekolah dewasa ini metode dan sistem penyampaiannya dipergunakan dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Pendekatan ini dianggap merupakan salah satu sistem yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang optimal dengan melalui satuan pelajaran. Satuan pelajaran adalah kegiatan belajar mengajar guna membahas suatu bahan atau satuan bahasan, dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih khusus (tujuan instruksional khusus). Tujuan instruksional khusus ini hendaknya dirumuskan dengan jelas, dapat diukur, serta dalam bentuk tingkah laku murid.
Pendekatan dan metode dalam pengajaran remedial. Pendekatan yang bersifat kuratif, pendekatan ini diadakan mengingatkan kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam prose situ dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau saruan untuk tertentu.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1.      Pengulangan
2.      Pengayaan/pengukuhan.
3.      Pencepatan.
Evaluasi dalam psikologo belajar. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakan tujuan belajar yang telah ditetapkan dengan tercapai atau tidak. Melalui evaluasi dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajat yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah diperolah dan diketahui anak. Serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran. Keduanya memang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara yang lain. Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapatan dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.  
Bahwa dengan psikologi belajar kita akan memiliki dan memilih menyusun evaluasi secara tepat, memilih dan menyususn program belajar-mengajar secara tepat, dapat memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor penghambat dan penunjang belajar anak, serta dapat membantu anak dalam belajar. Pada gilirannya kita akan dapat mengarahkan pertimbangan dan perkembangan anak secara wajar dalam rangka mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Cara belajar siswa aktif (CSBA) merupakan istilah yang bermakna, sama dengan Student Active Learning (SAL). CBSA bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa popular bukan “teori”, tapi merupakan cara, teknik atau dalam bahasa lain disebut “teknologi”. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar.
Sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek.Model belajar mengajar menunjukkan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi guru.

Buku ke-7
Nama penulis  : Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag.
Judul               : PSIKOLOGI BELAJAR
ISBN               : 978-979-518-852-0
Tahun terbit     : 2011
Penerbit           : Rineka Cipta
Rangkuman isi buku
Psikologi belajar adalah sebuah fase yang terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan bealjar. Psikologi beasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche  yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup di sekitar masalah belajar saja. Ruang lingkup psikologi belajar yaitu masalah belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Manfaat mempelajari psikologi belajar salah satunya dapat diperoleh ilmu pengetahuan tentang hakikat siapa anak didik dan bagaimana cara belajarnya, hakikat umum belajar dan syarat-syaratnya yang diperlukan agar peristiwa belajar dapat berjalan dengan baik, yang dapat dimanfaatkan dalam penganbilan kebijakan pembelajaran.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika hakikat belajar ada beberapa perubahan yang akan dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar yaitu:
1.      Perubahan yang terjadi secara sadar.
2.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional..
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5.      Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6.      Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Aktivitas-aktivitas dalam belajar yaitu :
1.      Mendengarkan.
2.      Memandang.
3.      Meraba, membaca, dan mencicipi/mengecap.
4.      Menulis atau mencatat.
5.      Membaca.
6.      Membiat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi.
7.      Mengamati table-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan.
8.      Menyususn paper atau kertas kerja.
9.      Mengingat.
10.  Berpikir.
11.  Latihan atau praktek.
Perkembangan bahasa anak, bahasa merupakan sarana efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa, komunikasi tidah dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa siapapun tidak akan dapat mengekpresikan diri untuk menyampaikan kepada orang lain.
Potensi berbahasa anak. Meski anak memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensinya itu tidak akan dapat tumbuh dan berkembang bila tidak didukung oleh lingkungan. Disini lingkungan memiliki nilai strategis untuk menumbuhkembangkan potensi berbahasa anak. Ketika seorang anak dilahirkan, kemudian dia dibesarkan di dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang maka potensi berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan bertambahnya usia anak. Tetapi, dalam kasuistik tertentu, bila seorang anak dilahirkan, kemudian dibesarkan oleh binatang tertentu dalam waktu cukup lama dan tidak pernah berinteraksi dengan manusia maka dapat dipastikan potensi berbahasa anak akan hilang. Kasus penculikan bayi oleh orang utan yang pernah terjadi di Negara Uganda yang diberitakan oleh Majalah Intisati adalah data otentik dalam hal ini. Oleh karena itu, lingkungan secara signifikan mempengaruhi perkembangan potensi berbahasa anak.
Penamaan bahasa ibu/bahasa pertama adalah mengacu pada satu sistem linguistic yang sama. Yang dimaksud bahasa ibu adalah satu sistem linguistic yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang memlihara seorang anak. Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajari seorang anak. Kalau kemudian si anak mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya maka bahasa lain yang dipelajarinya disebut bahasa kedua (disingkat B2). Yang disebut bahasa asing yaitu, bahasa yang akan selalu merupakan bahasa kedua (B2) bagi seorang anak.
Prinsip-prinsip belajar bahasa. Dalam proses belajar bahasa, ada sejumlah prinsip belajar yang dapat melicinkan jalan menuju keberhasilan belajar bahasa. Berdasarkan pendekatan tertentu maka prinsip-prinsip belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologi dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat linguistic (materi dan metodik).

Perbedaan kemampuan anak dalam belajar bahasa, setiap anak mempunyai perbedaan baik dari segi kematangan berpikir, kemampuan berbahasa, maupun tingkat inteligensi. Oleh karena itu, kemampuan anak tidak sama dalam berbicara, mendengarkan, membaca, atau pun menulis. Bisa jadi seorang anak pandai berbicara, tetapi belum tentu ia mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Atau seorang anak pandai menuliskan ide, gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia mampu menuangkannya dalam bentu tulisan. Atau seorang anak pandai menulis ide, gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia sanggup menyampaikan dengan kata-kata. Meskipun setiap anak memiliki kemampuan untuk belajar bahasa, tetapi kemampuan anak dalam belajar bahasa berbeda-beda.
Anak didik belajar dan guru mendidik. Anak didik adalah sebjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didk tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Kadar daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan mulai dari kurang, minimal, optimal,dan maksimal. Hal ini sebagai indicator bahwa penguasaan bahan pelajaran oleh anak didik bermacam-macam. Untuk meminimalkan tingkat perbedaan yang eksterm ini, maka berikanlah waktu yang bervariasi dalam belajar anak didik. Dengan begitu, setiap anak didik dapat menguasai bahan pelajaran seluruhnya. Dan kesan ada anak pandai dan anak bodoh dinetralisir.
Dari pembahasan diatas diklarifikasikan menjadi tida aspek, yaitu perbedaan bilogis, intelektual, dan psikologis.
Bealajar berdasarkan prinsip, telah dipahami bahwa belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.
Agar setelah melakukan kegiatan belajat didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan belajar. Oleh karena itulah, beberapa prinsisp belajar perlu ditelaah dengan seksama untuk mendapatkan pengertian yang mendalam sehingga dapat menerangkan kedalam kegiatan belajar baik dirumah maupun disekolah. Prinsip-prinsip dalam belajar yaitu:
1.      Prinsip bertolakdari motivasi
2.      Prinsip pemusatan perhatian.
3.      Prinsip pengertian pengambilan pokok
4.      Prinsip pengulangan
5.      Prinsip yakin akan kegunaan
6.      Prinsip pengendapan
7.      Prinsip pengutaraan kembali hasil belajar
8.      Prinsip pemanfaatan hasil belajar
9.      Prinsip menghindari gangguan

Guru sebagai pribadi kunci, secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau disekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal figur guru. Hal ini dikarenakan figur guru bermacam-macam seperti guru silat, guru mengaji, guru vak., guru mata pelajaran, Ki ajar, bhatara guru, maha guru, dan sebagainya. Apapun istilah dari figur guru yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak serta pengaruhnya dalam belajar, pertumbuhan tidak berproses secara bebas, tetapi dipengaruhi oleh aspek-aspek lain. Pertumbuhan yang menyangkut perubahan sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang saling yang saling berhubungan. Aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Anak sebagai keseluruhan.
2.      Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya.
3.      Permasalahan tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan.
4.      Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan.
Hubungan perkembangan dengan belajar anak, dalam belajar yang terlihat bukan hanya fisik, tetapi diikuti oleh proses mental kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar. Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif.
Motivasi belajar, dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar.
Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yaitu sebagai berikut:
1.      Motivasi sebagai dasar peggerak yang mendorong aktivitas belajar.
2.      Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3.      Motivasi berupa pujian lebih baik dari hukuman.
4.      Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
5.      Motivasi dapat memupuk optimism dalam belajar.
6.      Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar, ada beberapa bentuk mptivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:
1.      Member angka
2.      Hadiah
3.      Kompetisi
4.      Ego-Involment
5.      Member ulangan
6.      Mengetahui hasil
7.      Pujian
8.      Hukuman
9.      Hasrat untuk belajar
10.  Minat
11.  Tujuan yang diakui
Upaya meningkatkan motiasi belajar, menurut De Decce dan Grawford (1974) ada empat guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yait guru harus dapat menggairahkan anak didk, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik kea rah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1.      Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan  antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari.
2.      Faktor instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tertentu saja pada tingkat kelembagaan.dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsinya masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran.
Lupa dan transfer belajar, lupa merupakan istilah yang sangat pupuler dimasyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu; entah itu hal tentang peristiwa atau kejadian dimasa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapa pun juga. Tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru pejabat, professor, petani, dan sebagainya.

Transfer belajar, sekolah dan masyarakat merupakan duasis kehidupan yang tak dapat dipisahkan. Di satu sis masyarakat membutuhkan sekolah untuk membangun sumber daya manusia agar terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah membutuhkan masyarakat sebagai terminal terakhir dalam pengimplimentasian hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Transfer belajar adalah sebuah fase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa Inggris yaitu “transfer” yang berarti pengertian, serah terima, atau pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor,
Masalah kesulitan belajar, menurut Muhibbin Syah beberapa penyebab masalah kesulitan belajar sebagai berikut adalah;
1.      Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti kapasitas intelektual/inteligensi anakdidk.
2.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3.      Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
 Faktor-faktor penyebab masalh kesulitan belajar anak didk dapat dibagi menjadi faktor anak didk, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Cara mengenal anak didk yang mengalami kesulitan belajar, beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didk dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
1.      Menunjukkan prestasi belajar yang rendah.
2.      Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.      Anak didik lambat mengerjakan tugas-tugas yang dilakukan.
4.      Anak didk menunukan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5.      Anak didk menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukan pada orang lain.
6.      Anakdidk yang tergolong IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
Anak didik yang selalu menunjukkan orestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajarn, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya meurun drastis.

Buku ke-8
Nama penulis  : Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd., Kons.
Judul               : Bimbingan dan Koseling Dalam Pendidikan
ISBN               : 978-602-1508-67-1
Tahun terbit     : 2014
Penerbit           : KAUKABA (Bentang Aksara Galang Wacana)
Rangkuman isi buku
Pemahaman pendidik tentang peserta didik yang benar akan tercermin dalam program pendidikan yang fokus pada pengembangan segenap potensi peserta didik. Kenyataan bahwa pendidik sering menampilkan gaya yang kurang disenangi peserta didik seperti pemarah dan cepat emosional, cerewet dan pilih kasih, bertentangan dengan kebutuhan peserta didik yang sangat menginginkan penampilan pendidik yang tidak pernah pemarah/emosional, pendidk yang baik, ramah, pintar dan penuh perhatian.
Pendidik dituntut tanggung jawabnya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, yaitu praktik pendidikan yang didasarkan pada kaidah-kaidan keilmuan pendidikan. Esensi permasalahan peningkatan profesionalisme pendidik menurut Winarno adalah masalah akuntabilitas pendidik. Ia melontarkan sinisme bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan oleh ilmu pendidikan atau “pentip” (pendidikan-tanpa-ilmu-pendidikan).
Pemeran utama dalam proses pembelajaran menurut Kuandar, adalah peserta didik dan pendidik, dengan isi dan arah kegiatan yang terencana unruk mencapai tujuan pendidikan.
Upaya pendidikan dan bimbingan pada dasarnya berintikan pengembangan harkat dan martabat kemanusian peserta didik secara terus menerus dan berkesinambungan. Kajian tentang manusia yang lebih mendasar dan komprehensif menurut Prayitno menghasilkan pemahaman berkenan dengan hakekat manusia yang mencerminkan harkat dan martabat manusia (HMM).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajara dilakukan oleh pendidik sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar.
Proses pembelajaran merupakan komponen situasi pendidikan dalam wujud interaksi antara peserta didik dan pendidik dengan substansi tertentu melalui berbagai suasana, cara, dan media agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan sarat dengan hakekat manusia. Oleh karena itu, pendidik perlu memiliki pemahaman yang benar tentang hakekat manusia. Dalam proses pembelajaran selain melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pendidik juga bertugas untuk memberi bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dan mengatasio permasalahan yang dihadapinya, sehingga tujuan belajarnya tercapai secara maksimal.
Pentingnya tugas pendidik sebagai pembimbing dan membagi tugas dan taggung jawab pendidik antara lain melalui penjabaran kurikulum sehingga maknanya dapat mempengaruhi dan  terinternalisasi dalam diri peserta didik dan dalam rangka pengenbangan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Tugas utama pendidik adalah mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing peserta didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dari uraian diatas dapat kita ketahui proses pembelajaran harus berorientasi kepada pengembangan dimensi-dimensi kemanusiaan peserta didik sebagai upaya dalam pencapaian tujuan belajar.
Pembelajaran pada dasarnya adalah upaya membentuk disposisi manusia melaui penggunaan bahan yang berarti yang terpilih untuk suatu tujuan keunggulan. Pendidik mengajarkan hal yang berarti pada peserta didik, dan peserta didik mengambil makna da situasi sosial tertentu.
Bebrapa yang sebaiknya dilakukan pendidik kepada peserta didk:
a.       Pengakuan
b.      Kasih sayang dan kelembutan
c.       Pengarahan
d.      Penguatan
e.       Tindakan tegas yang mendidik
f.       Keteladanan

Belajar adalah kegiatan yang berproses yang merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaiaan tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumahnyaatau keluarganya sendiri.

Kegiatan belajar ditandai dengan adanya kegiatan yang membawa pada perubahan tertentu seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa naik motor menjadi bisa naik motor, dari tidak bisa bahasa inggris menjadi mahir da sebagainya.

Baru dapat dikatakan belajar apabbila memiliki ciri-ciri kegiatan sebagai berikut:
a.       Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang bekajar baik aktual maupun profesional.
b.      Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c.       Perubahan itu terjadi karena usaha.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: faktor internal yakni keadaan kondidi fisik dan psikis siswa; faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan disekitas siswa, serta faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa meliputi srategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran.

Buku ke-9
Nama penulis  : Dr. Oemar Hamalik
Judul               : KURIKILUM DAN PEMBELAJARAN
ISBN               : 979-526-232-7
Tahun terbit     : 2011
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Rangkuman isi buku
Motivasi adalah salah satu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan reaksi untuk mencapai tjuan, motivasi memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yag erat antara motivasi dan kebutuhan dan drive, dengan tjuan dan insentif.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi guru, pembinaan disiplin dikelas, dan mementukan efektivitas pembelajaran.
Penentuan jenis motivasi berdasarkan pendekatan kebutuhan manusia yang sifatnya bertingkat-tingkat, pendekatan fungsional yang berdasarkan konsep-konsep penggerak, harapan dan insentif: pendekatan deskriptifyang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati.
Motivasi memiliki 2 sifat yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Prinsip-prinsip untuk mendorong motivasi belajar dalam bentuk pemberian pujian , kepuasan kebutuhan psikologis, intrinsik penguatan, penjalaran, pemahaman atas tujuan, tugas yang dibebankan oleh dirinya, ganjaran dari luar, teknik pembelajaran yang bervariasi, minar khusus siswa, penyesuaian dengan kondisi siswa, menghindari adanya kecemasan, tingkat ksulitan tugas, kadar emosi, pengeruh kelompok, kreativitas siswa.
Upaya peningkatan motivasi belajar terdiri dari:
1.      Penggerakan dengan cara prinsip kebebasan, metode discovery, motivasi kompetensi, belajar discovery, brainstorming, suasana yang berpusat pada siswa, pengajaran berprogram.
2.      Pemberian harapan, dengan cara merumiskan TIK, tujuan yang langsung, intermediate, dan jangka panjang, perubahan harapan, tingkat aspirasi.
3.      Pemberian insentif, dengan cara umpan balik hasil tes, pemberian hadiah, komentar, kerjasama.
4.      Pengaturan tingkah laku siswa, dengan cara resituisi dan the ripple effect.
Konsep pengajaran/pembelajaran terus berkembang, mulai dari:
1.      Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar,
2.      Pengajaran merupakan interaksi mengajara dan belajar, sampai pada,
3.      Pengajar sebagai suatu sistem.
Pendekatan sistem pembelajaran sesuai dengan psikologi belajar sistematik, yang meliputi aspek-aspek filosifis dan proses, dengan ciri-ciri sebagai proses pembelajaran yang menggunakan metode untuk merancang sistem itu; serta mengikuti pola pikir tertentu.
Berdasarkan teori belajar ada 4 model pembelajaran:
1.      Model interaksi sosial
2.      Model proses informasi
3.      Model personal
4.      Model modofikaswi tingkah laku
Berdasarkan teori-teori belajar diungkapkan paling tidak ada empat bentuk strategi pembelajaran, yakni
1.      Belajar penerimaan atau informasi dengan strategi eksposotif.
2.      Belajar penemuan, atau proses pengalaman dan strategi inquiry discovery.
3.      Belajar penguasaan berdasarkan pendekatan kelompok dengan strategi belajar tuntas.
4.      Pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan integrasi dengan strategi pembelajaran unit.
Evaluasi pembelajaran diarahkan kepada komponen input, koimponen proses dan komponen output pembelajaran. Evalusai pembelajaran berfungsi untuk pengembangan program kurikulium, serta untuk akreditasi program dan kelembagaan. Sasaran evaluasi pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, unsur dinamis, pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran menggunakan metode kuisioner, studi kasus, observasi, anecdotal records, dan wawancara, yang masing0asing dilakukan dengan instrument penilaian tertentu.  

Buku ke-10
Nama penulis  : Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
Judul               : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA
ISBN               : 979-692-000-X
Tahun terbit     : 2012
Penerbit           : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Perkembangan itu merupakan tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabakan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Banyak melihat, banyak mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan masyarakat.

Banyak membaca buku-buku atau media cetak lainnya, semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkan dan semakinmudah pula bagi anak untuk menggunakannya pada waktu berfikir.

Selanjutnya William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:
a.       Menerima fisik sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b.      Mencapai kemandirian emosional diri orang tua atau figur-figur yang memiliki /mempunyai otoritas.
c.       Mengembangkan keterampiulan komunikasi interpersonal dan cara bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual atau kelompok.
d.      Menemukan manusia model yang dijadikan identitas.
e.       Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemempuan sendiri.
f.       Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)

Anak belajar apa yang dilarang itu buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik atau benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan kata hati anak. Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam mengembangkan kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya. Hal ini lebih baik dari pada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasu tertentu masih tetap diperlukan.

Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut.
1.      Kematangan fisik, misalnya belajar berjalan.
2.      Tuntutan masyarakat secara cultural, misalnya belajar membaca.
3.      Tuntutan dari dorongan cita-cita individu sendiri, misalnya memilih pekerjaan.
Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Allah.

Buku ke-11
Nama penulis  : Sarlito W. Sarwono

Judul               : PSIKOLOGI REMAJA
ISBN               : 979-421-197-4
Tahun terbit     : 2011
Penerbit           : PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Rangkuman isi buku
Hampir semua orang tua di Indonesia mengahrapkan anaknya pandai disekolah. Mereka yang mampu ingin anaknya menjadi sarjana. Seakan-akan dengan modal kepandaian seseorang dijamin akan berhasil dalam hidupnya.
Kepandaian sering kali diartikan angka rapor yang tinggi apalagi kalau bisa masuk rangking 10 besar. Tetapi, baik-buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaiaan (yang dalam bahasa psikologinya dinamakan, inteligensi), karena hal tersebut tergantung juga pada berbagai faktor lain, seperti cara guru mengajar, lingkungan sekolah, hasrat belajar anak, kreativitas dan lain-lain.
Bahkan dalam bidang-bidang lain diluar sekolah pun prestasi seseorang selalu merupakan hasil perpadaun antara berbagai faktor termasuk intelegensi.
Jadi, intelegensi memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Ukuran intelegensi di ukur dalam IQ.  Jenis-jenis intelegensi yang dimaksud adalah sebagaoi berikut:
a.       Bodily kinesthetic : kecerdasan yang terkait dengan gerakan anggota tubuh. Misalnya penari, tentara, polisi, dokter dll.
b.      Interpersonal : kecerdasan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain. Peka terhadap perasaan, sifat, dan motivasi.
c.       Verbal-linguistic : kemempuan yang terkait dengan kata-kata lisan maupun tulisan. Mahir dalam menulis, bercerita membaca, menghafal kalimat-kalimat, memainkan kata-kata, berpidato.
d.      Logical-mathematical : bidang ini menyangkut logika, penggunaan akal, kemampuan abstraksi dan angka. Bukan hanya dalam pelajaran matematika atau IPA, namun juga diperlukan dalam merancang penelitian, pengembangan program computer, dan aktivitas lain yangmemerlukan kemampuan logika.
e.       Intrapersonal : kemempuan utama adalah instropeksi dan refleksi diri. Orang yang beriteligensi intrapersonal yang tinggi bisa tergolong introvert. Mereka paham akan dirinya sendiri, kekuatan dan kelemahan dirinya, dan mampu mengenali keunikan dirinya dibandingkan orang lain.
f.       Visual spatial : terkait dengan kemampuan yang tinggi dalam mengambil keputusan dalam bidang penglihatan dan ruang (space). Memori visual yang sangat kuat dan mereka mahir memainakan memori itu menjadi suatu hal yang baru, indah dan artistic.
g.      Musical : kecerdasan musical terkait dengan irama, musik, nada dan pendengaran. Mereka biasanya bisa bernyanyi dan mempunyai nada suara yang pas (tidak sumbang). Kebanyakan juga bisa memainkan alat musik dan merancang lagu.
Naturalistic : jenis intelegensi ini merupakan pengembangan setelah 1997 jadi tidak terdapat dalam teori. Walaupun banya yang tidak sependapat dan mengkritiknya lebih condong kepada minat, bukan intelegensi, namun banyk yang berangga[an bahwa kecerdasan naturalistic ada dan berdiri sendiri. Kaitan inteligensi ini adalah dengan alam, baik pengenalan maupun pemeliharaan alam.

Buku ke-12
Nama penulis : Drs. H. Abu Ahmadi
Drs. Widodo Supriyono
Judul               : PSIKOLOGI BELAJAR (edisi revisi)
ISBN               : 979-518-046-0
Tahun terbit     : 2008
Penerbit           : PT Ardi Mahasatya
Isi rangkuman buku
Sebenarnya pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, manum belum memandang anak tidak sebagai semestinya. Pada abad ke-17 Yohan Amos Comenius yang pertama kali memandang anak sebagai anak didik yang mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh dipandang sebagai orang dewasa. Ini tertulis dalam buku Didactica Magna.
Pada abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipeopori oleh Jean Yaques Rousseau memandang anak sebagai anak.
Yean Johan Heinrich Pestalozzi, memepelajari kelakuan anak dalam masa permainan. W. Strenmempelajari kehidupan anak sebagai tinjauan pendidikan dan ketabiatan.
Frederich Frobel menaruh cinta pada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman kanak-kanakyang terkenal dengan nama Kinder Garten.
Kinder – anak
Garten – kebun –taman
Wilhelm Preyer, terkenal dalam penyelidikan tentang perkembangan anak sejak embrio sampai 3 tahun, yaitu tentang gerak-gerik perkembangan jasmani dan perkembangan bahasa.
G. Stanley Hall, mendirikan perkumpulan nasional untuk pendidikan kanak-kanak pada abad 19 merupakan perkembangan dalam ilmu jiwa. W. Stern, dalam bukunya psikologi anak yang membahas anak dalam segi kepribadiannya.
Karl Buhler, yang membahas masalah jiwa anak dalam tinjauan segi berpikir. K. Koffka meninjau dari segi ilmu jiwa Gestalt.
Ketiga tokoh ini mengikuti pandangan bahwa perkembangan jiwa itu bersifat assosiatif, tang sesuai dengan pandangan Johan Frederich Herbart.
Sehubung dengan psikologi anak merupakan psikologi yang mempunyai objek sendiri, yaitu:
1.      Psikologi kanak-kanak (0-5 tahun)
2.      Psikologi anak dari (6-12 tahun)
3.      Psikologi remaja dari (12-20 tahun)
4.      Psikologi adolesen (psikologi umum)
Menurut Langeveld bahwa:
1.      Perkembangan anak itu dipengaruhi oleh lingkungannya
2.      Dalam usaha mendidik anak, pendidikan yang bertanggung jawab. Oleh karena itu pendidikan harus merumuskan sebaik-baiknya.
3.      Dalam usaha mendidik belum ada usaha sempurna yaitu dalam usahanya mengembangkan yang positif yang ada pada anak.
Dalam perkembangan manusia ada beberapa aliran atau pendapat antara lain:
1.      Aliran konvergensi bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar.
2.      Aliran nativisme yaitu bahwa yang membentuk pribadi manusia terbbentuk atau berasal dari faktor-faktor dari dalam.
3.      Aliran empirisme yaitu pribadi manusia itu ditentukan dari luar.
 Pada masa anak memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dibantu dalam perkenbangannya oleh guru disekolah, yaitu :
1.      Perkembangan sosialnya.
2.      Perkembangan perasaannya.
3.      Perkembangan motoriknya.
4.      Perkembangan bahasanya.
5.      Perkembangan berpikirnya.
6.      Perkembangan dalam pengematan.
7.      Perkembangan kesulitannya/religiusnya.
8.      Perkembangan tanggapam, fantasi.
9.      Perkembangan dalam mengambil keputusan.
10.  Perlkembangan perhatiannya.

      Buku ke-13
       

h
Nama penulis : Sardiman A.M.

Judul               : INTERAKSI & MOTIVASI BELAJAR MENGAJAR
ISBN               : 979-421-051-x
Tahun terbit     : 2011
Penerbit           : PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Isi rangkuman buku
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses pembelajaran atau belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berpotensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur bidang kependidikan harus berperan serta aktif dan menempatkan  kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntututan masyarakat yang semakin berkembang. Dalm arti khusu dapat dikatakan bahwa pada setiap guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Berkaitan dengan ini sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam proses belajar mengajar, dalam usaha untuk mengantar siswa/anak didik ketaraf yang dicita-citakan.
  Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. Untuk dapat melaksanakan/ melakukan peran sebagai guru serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru dan manusia-manusia lain pada umumnya. Adapun syarat-syarat menjadi guru dapan diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok:
1.      Persyaratan administratif.
2.      Persaratan teknis.
3.      Persyaratan praktis.
4.      Persaratan fisik.
Dari persyaratan di atas menunjukan bahwa guru menempati bagian “tersendiri” dengan berbagai ciri khekhususannya, apalagi kalau dikaitan dengan tugas keprofesiannya. Sesuai dengan dengan tugas keprofesiannya maka sifat dan persyaratan tersebut secara garis besar da[at diklasifikasikan dalam spectrum yang lebih luas, yakni guru harus :
1.      Memilii kemampuan profesional;
2.      Memilki kapasitas intelektual;
3.      Memiliki sifat edukasi sosial
Ketiga syarat kemampuan itu diharapkan telah dimiliki oleh setiap guru, sehingga mampu memenuhi fungsinya sebagai pendidik bangsa, guru disekolah dan pemimpin di masyarakat. Untuk itu diperlukan kedewasaan dan kematangan dari guru itu sendiri. Dengan kata lain bahwa ketida syarat tersebut perlu dihubungkan dengan kedewasaan dan kematangan diri dari guru sendiri.
Seorang pekerja profesional, khususnyta guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping menguasai sejumlah teknik atau prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga ditrandai dengan adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja profesional atau guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.

      Buku ke-14
     


Nama penulis : Purwa Atmaja Prawira

Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF BARU
ISBN               : 978-979-24-4903-4
Tahun terbit     : 2013
Penerbit           : AR-RUZZ MEDIA
Isi rangkuman buku
Setipa makhluk hidup dalam suatu lingkungan, baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Ketika hidup antara makhluk hidup sailing mengadakan interaksi satu dengan yang lain. Pun demikian halnya dengan manusia atau individu-individu di dalam masyarakat, mereka tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang lain.
Individu-individu yang hidup dalam masyarakat saling berhubungan satu sama lain. Selian berhubungan antara sesama makhluk hidup, individu juga saling berhubungan dengan benda-benda mati. Seqwaktu mengadakan hubungan dengan lingkungan sekitarnya, supaya manusia tetap nalam eksis dan diterima oleh lingkungannya, terkadang diwarnai dengan persaingan-persaingan atau perlawanan–perlawanan dengan sesama atau dengan keadaan lingkungan dan sekitarnya.
Masalah penyesuaian diri bagi makhluk hidup atau yang lebih dikenal sebagai proses adaptasi, khususnya manusia tidak hanya terjadi dengan lingkungan alam sekitarnya. Penyesuaian diri juga tidak hanya terjadi di zaman dahulu saja. Hal it uterus berlangsung dan terus ada hingga era globalisasi.
Berkaitan dengan penyesuaian diri sebagai proses apabila sampai terjadi konflik antara kebutuhan internal dan kebutuhan eksternal, alternative penyelesaiannya adalah mengendalikan atau mengubah tuntutan internalnya, mengubah lingkungan sehingga dapat memuaskan kebutuhannya dan dapat menggunakan mekanisme mental untuk melarikan diri dari situasi konflik. Alternatif terakhir boleh jadi dapat mempertahankan kesinambungan kepribadian individu yang bersangkutan.
Timbulnya penyimpangan-penyimpangan perilaku anak didk/mahasiswa yang tidak cepat teratsi dapat disebabkan oleh karena guru, dosen dan karyawan pegawai sekolah/kampus yang kurang memperoleh pengetahuan kesehatan mental. Selain pengetahuan tersebut mereka juga todak/kurang mendapatkan latihan-latihan yang berhubungan dengan penyesuaian diri sehingga kurang terampil dapat menangani maslah penyesuaian buruk yang timbul disekolah/lkampus. Permasalahan penyesuaian buruk di lingkungan sekolah/kampus tidak sesederhana dan semudah yang dibanyakan.
Penyesuain diri sebagai suatu proses dan hasil individu dan kelompok manusia mengahadapi situasi-situasi baru dalam lingkungan hidupnya sehungga perilakunya dapat diterima dislam hidup bersama dengan masyarakat sekitar.
Penyesuaian diri dapat diinterpretasikan dari dua titik pandang. Pertama, penyesuaian sebagai suatu hasil dengan menekankan pada kualitas atau efisiensi dalam penyesuaian. Kedua, penyesuaian sebagai suatu proses atau terjadinya penyesuaian individu-individu pada lingkungan dalam dan lingkungan luar.
Fudyartanto (2003) menyebutkan beberapa hal sebagai pertanda atau kriteria kesehatan mental individu.
a.       Adaptabilitas dan ketenangan jiwa.
b.      Merasa puas secara emosional.
c.       Mempunyai adaptabilitas sosial yang baik.
d.      Mempunyai antusiasme dan pikiran rasional.
e.       Mempunyai insight terhadap perilaku sendiri, dapat mawa.
f.       Mempunyai keinginan-keinginan dan cita-cita selaras dengan kepentingan-kepentingan sosial.
g.      Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, hobi-hobi yang baik, cinta pada kebaikan, kebenaran dan  keindahan.

     Buku ke-15
Nama penulis : Prof. Dr. Sudarwan Danim
                         Dr. H. Khairil
Judul               : PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF BARU
ISBN               : 978-602-8800-25-9
Tahun terbit     : 2011
Penerbit           : ALFABETA
Isi rangkuman buku
Prilaku siswa diwarnai oleh pengalam sebelumnya. Tindakan dan sikap merek pun dibentuk oleh pengelaman semacam itu. Namun demikian, tidak ada siswa yang mampu mempelajari semua fokus disiplin ilmu. Oleh sebab itu dlalam kehidupan ini banyak seklai kesamaan dan persamaan maka dalam banyak hal juga pengalaman atau keterampilan tertentu dapat ditransfer kedalam situasi lain. Inilah yang disebut dengan transfer pembelajaran atau transfer pengalaman.
Terlepas dari perbedaan efek transfer positif dan negatif, aksoomi transfer sebagian besar dibangun atas 2 dimensi. Pertama, hubungan antara situasi belajar primer dan sekunder. Kedua usaha mental dan kognitif menjadi keniscayaan dalam proses transfer itu.
1.      Perspektif efek.
2.      Persfektif situasi.
3.      Persfektif proses
4.      Ilmu pendidikan.
5.      Belajar dan transfer.
Pengetahuan yang ada dalam konteks mendaji penting untuk belajar awal, tetapi tidak menjadi fleksibel tanpa tingkat abstraksi yang melampaui konteks untuk mingkatkan kemampuan transfer mengharuskan siswa menentukan koneksi pada beberapa konteks atau setelah mereka mengembangkan solusi umudan strategi yang akan di terapkan diluar konteks sekarang. Belajar harus dianggap sebagai proses yang aktif dan dinamis, bukan produk statis. Siswa dapat meningkatkan transfer dengan terlibat dalam penilaian yang melampaui kemampuannya saat ini. Meningkatkat transfer dengan cara ini memerlukan instruksi untuk membantu siswa.
Memang semuaaktivitas belajar itu esensinya sebagai transfer. Pemahaman materi pelajaran baru sesungguhnya dibangun dari pengalaman sebelumnya, yang menyiratkan bahwa guru dapat memfasilitasi transfer dengan mengaktifkan apa yang siswa kaetahui dengan membuat pemikiran mereka terlihat.
Sebagian besar penelitian teoritis dan empiris yang diterbitkan dalam beberapa dekade terakhir telah dilakukan dengan referensi untuk mentransfer keterampilan kognitif dan pengetahuan., misalnya berkaitan dengan penalaran pemecahan masalah dan analodis (Gentner & Gentner, 1983). Transfer kognitif dalam psikolgi menunjukkan dampak besar pada pelibatan konsep, baru metode, teori dan data empiris. Transfer kognitif melibatkan dimensi analogi, metafora, serta sifat dan kualitas reprentasi mental.
Imti metafora adalah menjelaskan pengetahuan atau fenomena dengan objek yang dilambangakan. Berbeda dengan metafora, analogi berkaitan dengan keadaan hubungan antara dua representasi.

Komentar