Buku ke-1
Nama
penulis : Prof. Dr. H. Djaali
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN : (13) 978-979-010-002-2
(10) 979-010-002-7
Tahun
terbit : --Ed. 1, Cet. 6. --2012
Penerbit : PT Bumi Aksara
Rangkuman isi buku
Pada
dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspeak kemamuan meliputi prestasi
belajar, inteligensi, dan bakat; sedangkan aspek kepribadian meliputi watak,
sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap dan motivasi. Gagasan tersebut
memberikan gambaran kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
diperbuat, yang terungkap melalui perilaku.
Ilmu
tentang kepribadian cakupannya sangat luas, yang pada perkembangannya, teori
ini sudah sangat maju dalam pengenalan yang lebih luas tentang kepribadian
manusia. Namun, meskipun hanya membatasi sebagian dari pengetauan itu, membicarakan
kepribadian merupakan suatu hal yang menarik.
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona
yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identiras diri. Bagi
bangsa Romawi persona berarti
“bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, jadi bukan diri yang sebenarnya.
Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti manusia sebagai
perseorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.
Sumber
lain melihat, pribadi (persona, personeided) adalah akar structural
dari kepribadian, sedang kepribadian (personality,
personalidad) adalah pola perilaku
seseorang di dalam dunia.
Sebuah
organisasi yang dinamis, arinya kepribadian iyu dapat berubah-ubah dan antar
berbagai komponen kepribadian tersebut (system psikofisik seperti kebiasaan,
sikap, nilai, keyakinan, e,osi, perasaan, dam motif) memiliki hubungan yang
erat. Hubungan tersebut terorganisasi sedemikian rupa secara bersama-sama
mempengaruhi pola perilaku menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Pertumbuhan
diartikan perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari
adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif dapat berupa pembesaran atau
pertambahan diri tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit
menjadi luas, dan sebagainya. Manusia secara mula-mula terjadi dari satu sperma
dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai
membuka diri.
Menurut
L. Crow & A. Crow, emosi adalah pengalaman yang efektif yang diserati oleh
penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fsiologi sedang
dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku
yang jelas dan nyata. Menurut Kaplan dan Saddock, emosi adalah keadaan perasaan
yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang
berkaitan dengan affect dan mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang lain dan affect dapat bervariasi sebagai respons terhadap
perubahan emosi, sedangkan mood
adalah suatu perasaan yang meluas, meresap dan terus-menerus yang secara
subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.
Diketahui
bahwa sifat perasaan emosi telah timbul selama masa bayi, bahkan sebagian ahli
berpendapat bahwa masa bayi dalam kandungan pun sudah dipengaruhi oleh emosi.
Akan tetapi, kita sendiri seringkali kurang mengerti apakah tanda-tanda seperti
menangis, tertawa, dan lain-lain pada masa awal bayi disertai atau diikuti
dengan intensitas perasaan atau tidak. Menurut Bridges, emosi anak akan
berkembang melalui pengalaman, sekalipun masih dangkal dan berubah-ubah. Ketika
emosi bayi diungkapkan dalam bentuk marah dan takut dengan menangis atau
gemetar.
Ketika
bayi sudah berusia 8 bulan, ian mulai dapat memperlihatkan dengan sangat
berbeda antara rasa marah dan rasa takut. Selama pertumbuhan, perubahan pada
ekspresi emosi itu semakin lama akan semakin jelas berbeda. Sebagai contoh,
bayi akan menyerang benda-benda disekitar untuk mengekspresikan kemarahannya,
lambat laun ia mampu memusatkan ekspresi emosinya langsung kepada objek yang
memang menimbulkan kemarahannya.
Kalau
diteliti perkembangan sosial seorang anak sejak lahir, kita akan mengetahui
bahwa ia sebenarnya akan menempatkan dirinya sebagai seorang individu
dikalangan individu lainnya seperti halnya dia pun dapat menentang dan juga
dapat bekerja sama, dapat juga patuh atau tidak. Dalam hubungan dengan
keluarga, sahabat, kesetiaannya terhadap kelompok, dan sumbangannya terhadap
pola kebudayaan pada zamannya, hal ini merupakan benih-benih penyesuaian sosial
dan pembentukan karakter yang terencana yang akhirnya akan tumbuh secara
berkesinambungan. Apabila dibimbing dengan layak, akan menciptakan manusia yang
bermanfaat.
Perbedaan
petumbuhan anak laki-laki dan perempuan yang khas pada masa akhir anak-anak
akan memperlihatkan tanda-tanda kesadaran akan perbedaan kelamin. Anak
perempuan yang berumur 11-12 tahun bila bermain dengan anak laki-laki, mungkin
akan dipanggil tomboy, sebaliknya anka laki-laki akan disebut sissay. Karena anak perempuan lebih
cepat matang baik secara fisik maupun secara sosial bila dimandingkan anak
laki-laki, maka anak perempuan masa praremaja akan lebih cepat menemukan anak
laki-laki yang berkenan di hatinya. Akan tetapi, biasanya hal tersebit ia
rahasiakan dari semua temannya kecuali teman yang paling akrab. Sementara anak
perempuan tersebut ingin menarik perhatian laki-laki yang berkenan dihatinya,
tetapi disamping itu ia juag bisa mengkritik ketidaksopanan, ketidakdewasaan,
dan sebagainya terhadap anak laki-laki tersebut. Selaiknya bagi anak laki-laki
yang tadinya menganggap lawan jenis sebagai gangguan, sekarang menjadi suatiu
daya tarik yang cukup merisaukan bagi dirinya.
Pada
masa ini sering kali orang tua merasa kesal atau tersinggung kerena mengalami
kegagalan dalam mengendalikan anak. Mula-mula orang tua bisa menoleransikan
kegiatan kelompok anaknya, tetapi setelah anaknya tertarik kapada lawan
jenisnya, ada sebagian orang tua yang meneriman dan ada yang menolak.
Sebetulnya hal ini merupakan pengalaman yang sangat wajar bagi anak-anak muda
sebagai suatu persiapan untuk berpartisipasi setelah dewasa dalam menuju ikatan
perkawinan. Kadang-kadang terutama seorang ibu lebih banyak ingin mengurung
anaknya dirumah agar selalu memperoleh bimbingan darinya seperti seorang bayi.
Hal ini dimaksudkan demi pemuasan rasa aman dari orang tuanya. Oleh sebab itu,
saat anaknya mengadakan kencan bagi orang tua yang tidak setuju, serig
menimbulkan perselisihan ian dan anaknya. Sebagian besar kelompok remaja
terdiri atas selusin pemuda atau lebih dan mereka akan peniru yang kuat. Mereka
seringkali meniru tanpa menyadari, dan mereka memiliki hak bertindak yang sama
menurut aturan oarng dewasa.
Psikologi
kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi
ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara
manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan,
mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah,
menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sapai
pada taraf tertentu, yaitu psikomotis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas
satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar
gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan
yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak), ilmu kognatif
menjelaskan bidang penelitian psikologi yang mengurusi proses kognitif seperti
perasaan, pengingatan, penalaran, pemutusan dan pemecahan masalah, serta
menghindari adanya tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang tertarik pada proses
tersebut seperti folosofi.
Manusia
dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan
tantangan yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk
dipecahkan. Fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representatif
yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal tersebut tampak jelas
pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran
tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan
menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Pengaturan
kegiatan kognitif termasuk kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemampuan
kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif
yang berlangsung dalam dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian,
bagaimana ia belajar, bagaimana menggali ingatan, bagaimana menggunakan
pengetahuan yang dimiliki, bagaimana berfikir menggunakan konsep, kaidah,
pengetahuan yang dimiliki yang merupakan satu perangkat kemahiran yang
terorganisasi dengan baik dalam menghadapi problem.
Perilaku
atau behavior dari peserta didik dan
pendidik merupakan maslah penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta
didik agar dapat menguasai atau memahami sesuatu, merupaka upaya diri peserta
didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan
(dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar dapat
memahami atau dikuasai oleh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku
sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan perilaku sesudah menguasai
atau memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan
seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Psikologi dinamis adalah psikologi yang khusus menggarap masalah tentang batin,
dorongan, dan mitif yang mempengaruhi perilaku orang-seorang atau pun kelompok.
Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar perilaku manusia.
Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku kehidupan yang baik.
Motivasi
munurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorognya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu
kondisi fisiologi yang psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa
motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, memantapkan perilaku arah
suatu tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa mitifasi
adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan).
Peranan
motivasu dalam mempelajari tingkah laku seseorang besar sekali. Hal ini menurut
Wisnubroto Hendro Juwono disebabkan, motivasi diperlikan bagi rein-forcemeny (stimulus tang memperkuat
dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak
bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku,
dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang di
kehendaki.
Berkaitan
dengan hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa,
Bruner mengemukakan bahwa siswa dengan tingakat motivasi berprestasi tinggi,
cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka menjadi dewasa.
Sikap
dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu
sama lai. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam benerapa jensi tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow
lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu
objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa
sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman
dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek
atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
Kondisis
lelah bisa ditimbulkan oleh kerja fisik. Akan tetapi, seringkali apa yang
dianggap sebagai kelelahan, sebenarnya karena tidak ada atau hilangnya minat
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu sendiri. Jadi, minat adalah
perasaan ingin tahu, mempelajari, mengaggumi, atau memiliki sesuatu. Disamping
itu minat merupakan bagian ranah afeksu, mulai dari kesadaran sapai pada
pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan
menafsirkan untuk sesuatu hal (ada unsur seleksi).
Buku ke-2
Nama
penulis : Drs. H. M. Alisuf Sabri
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN : 979-659-067-0
Tahun
terbit : cet. 3. 2007
Penerbit : Pedoman Ilmu Jaya
Rangkuman isi buku
Psikologi
pendidikan adalah suatu cabang dari Psikologi yang berkaitan dengan tujuan dan
praktek pendidikan di sekolah. Dalam lingkup Psikologi, ilmu Psikologi
Pendidikan ini selain termasuk Psikologi Khusus juga merupakan Psikologi Terapan.
Psikologi Pendidikan diartikan sebagai suatu ilmu yang mengembangkan dan
menerapkan prinsip-prinsip, teori-teori dan tehnik-tehnik yang berkaitan dengan
pelaksanaan Belajar Mengajar yang memadai agar guru dapat membimbing
perkembangan murid-muridnya kea rah sasaran yang tepat.
Ruang
lingkup Psikologi Pendidikan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan tujuan
dan prakter pendidikan di sekolah yaitu menyangkut masalah perkembangan anak,
masalah efisiensi belajar anak, dan masalah efektivitas mengajar guru.
Metode
penelitian psikologi pendidikan, setiap ilmu mempunyai metode penelitian yang
akan di gunakan untuk memepelajari/memeliti objek formal guna memperoleh
fakta-fakta pengetahuan yang diperlukan oleh setiap ilmu. Psikologi Pendidikan
sebagai suatu ilmu juga mempunyai metode-metode penelitian yang erat kaitannya
dengan metode-metode penelitian yang erat kaitannyadengan metode-metode yang
biasa digunakan dalam psikologi.
Metode
penelitian yang biasa digunakan dalam Psikologi Pendidikan ialah metode observasi,
Rating Scale, Questionaire (Angket
& Interview), Eksperimen, Test, metode klinis-case historis dan metode
genetis.
Tujuan
dan peranan psikologi pendidikan, tujuan kulikuler mengajar mata kuliah
Psikologi Pendidikan di Fakultas Tarbiyah ialah memberikan bekal pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang diperluakn dalam melaksanakan proses belajar
mengajar yang memadai dalam rangka mempersiapkan mahasiswa sebagai calon
pendidik dan tnaga kependidikan asama yang prifesional.
Tujuan
dikembangkannya Psikologi Pendidikan sebagai suatu ilmu ialah untuk
memberikan/menyediakan metode-metode, prinsip-prinsip dan teori untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan untuk membantu guru dan calon guru
memahami proses pendidikan/belajar mengajar yang baik.
Peranan
psikologi dalam dunia pendidikan ialah membantu mempersiapkan guru dan calon
guru yang professional; memperbaiki kurikulum, dan memperngaruhi ide dan
pelaksanaan administrasi dan supervisi pendidikan guna kelancaran pelaksanaan
pendidikan di sekolah.
Perkembangan
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kwantitatif dan kwantitatif
dan kwalitatif yang menyangkut aspek mental psikoligi si anak, seperti
perubahan aspek pengetahau, kemamapuan, sifat sosial, moral, agama dan
sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan anak,aspek fisik yang mengalami yang
mengalami pertumbuhan adalah menyangkut semua organ dan struktur organnya baik
organ fisik dalam seperti jantung, paru-paru dan sebagainya, maupun organ fisik
luar seperti kepala, jari tangan dan sebagainya.
Pembawaan
dan lingkungan dalam proses perkembangan, ada 3 teori yang membahas masalah
pengaruh pembawaan dan lingkungan dalam perkembangan manusia yaitu teori Nativisme, Emopirisme, dan Konvergensi. Teori nativisme secara
ekstrim menekankan kepada faktor pembawaan, teori empirisme dengan ekstrim
menekankan pada faktor lingkungan, sedangkan teori konvergensi memadukan secara
seimbang kedua faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap
perkembangan manusia.
Kematangan
dan belajar dalam proses perkembangan, kematangan yang dimaksud adalah
kematangan potensi fisik atau mental psikologi yang telah dicapai dalam suatu
tahap pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan unsur fisik terjadi secara
kodrat, hanya tergantung pada waktu atau saatnya matang tiba. Sedangkan
kematangan potensi mental psikologi terjadi melalui pengalaman atau latihan.
Dalam
kaitannya dengan proses perkembangan mental psikologi kematangan unsur fisik
akan berfungsi sebagai Iprerequisite untuk
perkembangan, misalnya kematangan otak
anak pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite
untuk perkembangan intelektual di SD. Demikian pula halnya dengan
kematangan unsur mental psikologi yang dicapai di SD, merupakan perquisite untuk keberhasilakenbangan
mental psikologi di sekolah lanjutan.
Belajar
ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha/pengalaman. Dalam
proses perkembangan manusia belajar mempunyai posisi yang sangat menetukan.
Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadinya
perkembangan (causes of development).
Semua kemampuan dan tingakah laku manusia sebagai hasil perkembangan diperoleh
melalui proses belajar.
Ciri-ciri
kematangan anak untuk masuk sekolah dasar, pengertian kematangan yang ada
kaitannya dengan perkembangan diartikan dengan kemampuan/kesanggupan, atau
kesiapan, atau masa pekanya suatu fungsi atau potensi untuk dikembangkan atau
digunakan. Ciri-ciri adanya kematangan pada diri si anak ditandai dengan
adanya: perhatian berlangsung dan kemajuan jika diajar atau dilatih. Fungsi
kematangan tersebut dalam proses perkembangan ialah sebagai pemberi bahan
mentah perkembangan; pemberi kemudahan bagi pendidikan untuk melatih/menjaga.
Persyaratan
anak matang masuk SD mencakup kematangan semua aspek pribadi anak baik segi
fisik, mental intelektual, psikologi maupun segi sosial. Dari keempat
persyaratan tersebut syarat fisik hanya tinggal menunggu umur 7 tahun anak
sudah matang, tetapi syarat kematangan mental intelektual, psikologi, dan
sosial akan lebih efektif bila anak di didik di TK, karena fungsi TK ialah
sebagai lembaga persiapan untuk masuk SD.
Pandangan
psikologi belajar,belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai pengalaman atau
latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh
perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada.
Belajar
mencakup semua aspek mental psikologi manusia. Belajar menghasilkan perubhan
perilaku baik positif maupun negatif. Belajar di sekolah diarahkan untuk
memperoleh perilaku yang positif. Ciri-ciri kegiatan disebut belajar ialah:
belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri orang yang belajar baim
secara aktual maupun potensional, perubahan itumerupakan kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif menetap, prubahan itu terjadi karena usaha.
Ada
empat kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:
suatu dorongan atau kebutuhan, suatu perangsangan atau isyarat tertentu, suatu
respon utama apakah berupa tindakan motorik;pengamatan; pemikiran atau
perubahan fisiologis, suatu ganjaran prngukuhan.
Tujuan belajar disekolah dimaksud untuk:
pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampialan, pembentukan sikap
dan perbuatan. Atau sekarang ini tujuan belajar siswa tersebut sejalan dengan
tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu diarahkan untuk mencapai ketiga
ranah; kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ada
berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, yaitu; faktor
yang berasal dari dalam diri siswa (faktor
internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor-fator tersebut
terdiri dari: faktor fisiologi, faktor psikologi, faktor lingkungan alam,
faktor lingkungan sosial dan faktor instrumental (yang merupakan perangkat
kependidikan di sekolah).
Teori-teori
belajar ialah konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi. Teori belajar ini secara garis besarnya
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Teori Bealajar menurut Ilmu Jiwa Daya; Teori
Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi dan Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa
Gestalt.
Menurut
teori Ilmu Jiwa Daya, belajar ialah memgasah/melatih daya-daya jiwa seperti
berpikir, ingatan, fantasi agar berfungsi secara tajam. Tujuan belajar dengan
teori ini ialah untuk pembentuk formil, yaitu untuk membentuk kemampuan fungsi
daya-daya tersebut.
Teori
Ilmu Jiwa Assosiasi pada umumnya berpendapat bahwa belajar adalah memperkuat
hubungan stimulus dengan respon. Yang termasuk teori ini adalah; Toeri Connectionisme dari Thorndike; Teori Conditioning dari Palvov;
Teori Conditioning dari Skinner; Teori Coonditioning dari Guthrie.
Menurut
Teori Connectionisme, hubungan
stimulus respon dapat diperkuat berdasarkan koneksi-koneksi dengan melalui
beberapa ketentuan: Law of Effect, Law of
Exercise, Low of Multiple Response, Law of Analogy, Law of Readiness.
Teori
belajar Conditioning pada umumnya berpendapat bahwa hubungan Stimulus respon dapat diperkuat dengan sesuatu persyaratan.
Pada teori Classical Conditioning Pavlov,
persyaratan yang memperkuat stimulus respon ialah suatau situasi/signal atau
tanda sebagai pengganti stimulus yang semula menyertai stimulus.
Pada
Operant Conditioning menurut Skinner,
persyaratan yang memperkuat hubungan stimulus respon ialah sesuatu yang
bersifat menguatkan (Reinforcement)
yaitu hadiah atau hukuman. Sedangkan menurut teori Conditioning Guthrie yang
memperkuat hubungan stimulasi respon ialah “Law
of Assiciation”.
Menurut
teori Ilmu Jiwa Gestalt,belajar itu bukan proses assosiasi antara stimulasi
dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning melalui
latihan-latihan atau ualangan-ualngan seperti pada teori Ilmu Jiwa Assosiasi,
tetapi belajar menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemehaman (insight).
Dalam
proses pendidikan disekolah ketiga jenis teori belajar diatas harus diterapkan
guru guna memperkaya pengalaman belajar siswa agar siswa selain memiliki bekal
pengetahuan, sikap dan keterampilan, juga siswa memiliki bekal kemampuan
berfikir, mengingat dan kemampuan memecahkan masalah.
Perbedaan
individual dalam bealajar, perbedaan individual dalam proses belajar diartikan
dengan pebedaan antar individual siswa di kelas dalam menerima dan menyerap
pelajaran. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena heterogenitas kondisi
siwa dan dampak kelemahan pelaksanaan sistem klassikal dalam melayani setiap
individu siswa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhu perbadaan individual dalam proses belajar di seklah
kebanyakan bersumber dari faktor internal sedikit yang berasal dari faktor
internal sedikit yang berasal dari faktor eksternal.
Faktor-faktor
internal siswa yang mempengaruhi adalah: faktor kesehatan dan kesegaran fifik,
faktor alat indra, faktor mental intelektual, dan faktor psikologis. Adapun
faktor eksternal seperti latar belakang keluarga, masyarakat, dan teman-teman
yang pengaryhnya dapat dimasukkan dalam faktor psikologis.
Usaha
mngatasi perbedaan individual dalam proses belajar disekolah dimaksudkan agar
setiap siswa dalam kelas memperoleh keberhasilan belajar yang tuntas. Cara yang
harus dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan individual dalam belajar
tersebut ialah dengan menerapkan sistem pengajaran individual dan melaksanakan
sistem pendekatan belajar tuntas (mastery
learning) dalam kegiatan belajar mengajar.
Peranan
sikap, minat dan motivasi dalam belajar, menurut psikologi sikap dan minat
merupakan pola reaksi individu terhadap lingkungan. Dalam hal ini sikap
diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksikan dengan suka, tidak suka
atau acuh tak acuh terhadap suatu hal, benda atau orang.
Minat
erat hubungannya dengan sikap dan perasaan senang terhadap sesuatu. Oleh karena
itu minat diartikan sebagai sikap senang kepada sesuatu atau kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.
Sikap
yang menunjang belajar adalah sikap positif (sikap menerima/suka) terhadap:
pelajaran, guru yang mengajar, lingkungan tempat ia belajar. Minat yang
menunjang ialah minat kepada pelajaran dan guru yang mengajar. Ada pun peranan
sikap dalam proses belajar akan berfungsi sebagai “Dynamic Force” sedangkan
minat akan berperan sebagai “Motivating Force.”
Motivasi
ialah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah
laku/perbuatan. Dalam hubungan ini baik motivasi intrinsik maupun mitivasi
ekstrinsik dapat mendorong orang untuk mau dan tekun belajar. Sebab motivasi
itu akan berperan sebagai: pendorong untuk berbuat, penentu arah perbuatan,
penseleksi perbuatan sehingga perbuatan selalu selaras dengan tujuan yang ingin
dicapai. Motivasi yang baik yang akan memberi kepuasan dalam belajar ialah
motivasi.
Kesulitan-kesulitan
dalam belajar, yang dimaksud kesulitan-kesulitan belajar adalah kesukaran yang
dihadapi siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Gejala-gejala
yang menunjukkan adanya kesulitan tersebut dapat diamati dalam bentuk perilaku
yang menyimpang dan menurunnya hasil belajar siswa.
Faktor
penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa ada yang berasal dari faktor
internal seperti: faktor kemampuan intelektual, faktor afektif seperti perasaan
dan motivasi, faktor kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar, kemampuan
mengingat, kemampuan alat inderanya. yang berasal daro faktor eksternal adalah
faktor yang berkaitan dengan guru, kwalitas pbm, serta faktor lingkungan:
keluarga, teman dan sebagainya.
Upaya
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat dilakukan dengan
mengadakan diagnosis dan remedies terhadap gejala kesulitan yang terjadi yang
pelaksanaannya dilakukan dengan langkkah-langkah:
1.
Mengidentifikasi adanya kesulitan
belajar.
2.
Menelaah/menetapkan status siswa.
3.
Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan
belajar.
4.
Mengdakan perbaikan.
Tipologi
belajar anak didik dan cara memodifikasinya, tipologi belajar dapat diartikan dengan
jenis-jenis dan gaya-gaya belajar. Dalam hubungan ini tipologi belajar yang
perlu dimodifikasi hanyalah gaya-gaya belajar siswa yang tidak baik. Adapun
jenis-jenis belajar semuanya tidak ada yang perlu diperbaiki, bukan sebaiknya
semua jenis berlajar dapat dialami ileh si anak.
Menurut
Taksonomi Bloom, jenis-jenis belajar terdiri dari 3 aspek, yaitu: kognitif,
afektif dan psikomotor. Gagne mengembangkan menjadi 5 kategori aspek belajar
yaitu: informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
belajar sikap dan belajar keterampilan motorik.
Gaya
belajar atau Learning Stylyle adalah cara atau kebiasaan siswa dalam belajar
baik dalam hal memulai belajar, dalam menerima pelajaran, dalam menyerap
pelajaran maupun dalam hal menjawab permasalahan. Gaya belajar yang dimaksud
adalah gaya belajar siswa disekolah. Gaya belajar siswa yang baik perlu terus
dilestarikan ialah: gaya belajar Field
Independence (dalam mulai belajar) gaya belajar Preceptive (dalam menerima pelajaran) dan gaya belajar Reflective (dalam menyerap pelajaran)
dan gaya belajar Sistimis (dalam memecahkan/menjawab masalah).
Transformasi
dalam belajar, merupakan suatu tahapan dalam proses mengajar yang akan
menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai informasi yang dipelajari.
Transformasi dalam belajar itu diartikan sebagai proses perubahan bentuk dari
informasi yang akan dipelajari menjadi bentuk kemampuan atau pengetahuan yang
dimiliki atau dikuasai oleh siswa. Transformasi dalam bealar ini dilakukan
siswa pada waktu menyerap pelajaran yang disampaikan guru atau waktu
mempelajari textbook.
Konsep
transformasi dalam bealajr itu berasal dari teori belajar kofnitif yang disebut
dengan Instrumental Conceptualism yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi
Jerome Brunner. Atas dasar konsep proses belajarnya itu Brunner membagi tahap
kegiatan mengajar menjadi 3 bagia, yaitu: tahap informasi, tahap transformasi
dan tahap evaluasi.
Kemempuan
anak dan kaitannya dengan intelegensi, intelegensi adalah kemampuan umum mental
individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas. Bagi manusia intelegensi ini berfungsi
untuk menyesuaikan diri secara mental dengan lingkungan yang dihadapi.
Ada
perbedaan individu dari segi intelegensi, ada yang tingkat tinggi, cukup, dan
tingkat rendah. Hal ini dibuktikan dengan danya perbedaan
kemampuan/kesanggupannya dalam hidup, bekerja berkarya dan berusaha. Makin
tinggi intelegensi akan mkin tinggi pula kemampuan untuk berkarya dan berusaha,
tetapi sebaliknya makin kurang/rendah intelegensinya akan makin kurang
kesanggupannya dan yang paling rendah akan semakin tidak sanggup sama sekali
untuk berbuat bahkan hidup mandiri sekalipun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
atau pembentukan intelegensi seseorang itu adalah: faktor pembawaan, faktor kematangan,
faktor minat, faktor pembentukan, dan faktor kebebasan perwujudan intelegensi
seseorang.
Buku ke-3
Nama
penulis : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed.
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN : 979-692-972-6
Tahun
terbit : Cet. Ke-17, 2011
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Psikologi
pendidikan dan pengajaran, psikologi ialah disiplin ilmu yang membahas perilaku
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan
lingkungan. Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran. Pendidikan merupakan konsep ideal,
sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat
ibarat dua sisi koin yang tak mungkin terpisah.
Psikologi
pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah
kependidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang bersifat
kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan mengajar-belajar. Psikologi
pendidikan memiliki objek riset dan kajian berupa siswa dan guru selaku peserta
didik dan pendidik. Psikologi pendidikan mula-mula muncul di Jerman berkat
kepeloporan Johann Friedrich Herbart (1766-1841), seorang fislof dan psikolog
namanya diabadikan sebagai aliran pemikiran pendidikan “Herbartianisme”.
Psikologi
pendidikan berkembang berkat pengaruh aliran psikologi lain, diantara yang
menonjol ialah aliran humanism, behaviorisme, dan psikologi kofgnitif. Manfaat
psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam
memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut
dengan metode sainstifik psikologi.
Prinsip,
konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan berpikir dan
bertindak bagi guru dalam mengelola proses mengajar-belajar yang selaras dengan
keadaan dan kebutuhan siswa. Guru seyogianya memahami proses perkembangan dalam
hubungannya dengan belajar, mengajar, dan proses belajar mengajar, cara belajar
siswa; cara menghubungkan belajar mengajar dengan belajar; cara mengambil
keputusan untuk mengelola PMB.
Proses
perkembangan dan hubungan dengan proses belajar, perkembangan pada asasnya
adalah tahapan perubahan psiko-fisik manusia yang progresif sejak lahir hingga
akhir hayat. Proses perkembangan dihubungkan dengan tugas-tugasnya terdiri atas
fase-fase: 1) bayi dan kanak-kanak; 2) anak-anak; 3) remaja; 4) dewasa awal; 5)
setengah baya; 6) usia tua.
Kaidah
umum/hukum perkembangan terdiri atas hukum-hukum: 1) konvergensi; 2) pertahanan
dan pengembangan diri; 3) keperluan belajar; 4) kesatuan anggota; 5) tempo; 6)
irama; 7) rekapitulasi. Perkembangan psiko-fisik terdoro atas: pengembangan motor,
pengembangan kognitif, pengembangan sosial dan moral. Aspek-aspek fisik yang
berkembang ialah: sistem syaraf, otot-otot, fungsi kelenjar endokrin, struktur
jasmani.
Proses
perkembangan kognitif meliputi fase-fase: sensori-motor, pra-operasional, konkret-operasional,
formal-operasional. Sekema sensori-motor ialah perilaku terbuak yang bersifat
jasmaniah yang tersusun secara sistematis dalam diri bayi untuk merespon
limgkungan, sedangkan skema kognitif adalah tatanan langkah akliah (cognitive operations) untuk memahami dan
menyimpulkan lingkungan yang direspons.
Arti
penting pengembangan kognitif siswa ialah untuk: mengembangkan kecakapan
kognitif, mengembangkan kecakapan afektif, mengembangkan kecakapan psikomotor.
Proses pengembangan sosial dan moral siswa menurut teori Piaget meliputi
fase-fase realisme moral, otomoni realisme, dan resiprositas moral.
Proses
perkembangan pertimbangan moral menurut teori kognitif versi Kohlberg meliputi
tiga tingkatan: moralitas prakonvesional, moralitas konvensional, moralitas
pscakonvesional. Prosedur pengembangan perilaku sosial dan moral menurut teori
belajar sosial meliput: conditioning,
imitation (peniru) terhadap perilaku model.
Belajar,
definisi belajar dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang: kuantitatif, institusional,
kualitatif. Definisi belajar pada asanya ialah tahapan perubahan perilaku siswa
yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
nelibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam:
melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.
Dalam
pserspektif psikologi, antara belajar, memori, dan pengetahuan terdapat
hubungan yang tak terpisahkan. Dala perspektif agama (islam) belajar untuk
memeroleh pengetahuan yang menggunakan memori dan sensori itu hukumnay wajib.
Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas: koneksionisme, pembiasaan
klasik, pembiasaan perilaku respons, teori belajar kognitif.
Ciri,
perwujudan, jenis, pendekatan, dan faktor yang memengaruhi belajar, ciri khas
perubahan-perubahan dalam belajar meliputi sifat yang: intensional (disengaja),
positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri), efektif dan
fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).
Manifestasi
perilaku belajar tampak dalam: kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir
asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi
(menghindari hal yang mubazir), apresiasi (menghargai karya-karya bermutu),
tingkah laku afektif.
Jenis-jenis
belajar meliputi belajar: abstrak, keterampilan, sosial, pemecahan masalah,
rasional, kebiasaan, apresiasi, pengetahuan/studi. Efisiensi belajar ialah
konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik natar usaha belajar dengan hasil
belajar. Jadi, ada belajar yang efisien ditinjau dari sudut usaha dan pula yang
efisien ditinjau dari sudut hasil. Ragam pendekatan belajar antara lain:
pendekatan Hukum Jost, pendekatan Ballard & Clanchy, pendekatan Biggs.
Metode
belajar SQ3R adalah kiat mempelajari teks dengan langkah-langkah: pemeriksaan,
pembuatan daftar pertanyaan, membaca secara aktif, menghafal jawaban
pertanyaan, meninjau ulang semua jawaban atas semua pertanyaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar terdiri atas: faktor internal (dari dalam diri),
faktoe eksternal (dari luar diri), faktor pendekatan belajar siswa.
Prestasi,
lupa, kejenuhan, dan transfer kesulitan belajar, evaluasi adalah penilaian
terhadap keberhasilan program pembelajaran siswa, yang bertujuan antara lain
untuk mengetahuai tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa, dan berfungsi
antara lain untuk menemukan posisi siswa dalam kelompoknya. Ragam evaluasi
terdiri atas: pra test dan post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostic,
evaluasi formatif/ulangan, evaluasi sumatif/ulangan untum, dan UAN.
Lupa
adalah hilangnya kemsmpusn mengingat/menyebut/melakukan kembali informasi dan
kecakapan yang telah tersimpan dalam memori, karena: gangguan proaktif,
gangguan retroaktif, represi, perbedaan situasi antara waktu belajar dengan
waktu memproduksi, perubahan minat dan sikap, tidak pernahdilatih dan dipakai,
dan kerusakan syaraf otak.
Kejenuhan
belajar (plateau) adalah rentang
waktu tertentu yang dipakai untuk belajar tapi tidak mendatangkan hasil karena
antara lain keletihan mental dan indera-indera.
Transfer
belajar ialah pengaruh keterampilan hasil belajar dalam sebuah situasi terhadap
kegiatan belajar dalam situasi lainnya dan ragamnya terdiri atas transfer
positif, negatif, vertical dan literal.
Kesulitan
belajar dapat diketahui dari menurunnya konerja akademik dan munculnya misbehavior siswa, baik yang
berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena faktor intern siswa
dan ekstern siswa.
Diagnosis
adalah upaya identifikasi fenomena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar
siswa, sedangkan diagnostic berarti langkah-langkah prosedural dalam rangka
diagnosis (penentuan jenis penyakit/kesulitan belajar).
Langkah-langkah
mengatasi kesulitan belajar terdiri atas: analisis hasil diagnosis,
identifikasi kecakapan yang perlu perbaikan, dan penyusun program remedial
teaching.
Dalam
menyususn program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai
berikut: tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode
pengajaran remedial, alokasi waktu dan teknik evaluasi pengajaran remedial.
Mengajar,
mengajar pada asanya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah
psikologis melaui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan siswa
agar terjadi proses belajar.
Secara
kuantitatif mengajar berarti menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Secara institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai
dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Secara kualitatif mengajar berarti
membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahaman sendiri.
Pandanga
mengajar sebagai ilmu hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas
berbagai pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagai seni menganggap
bakat keguruan lebih penting dari pada pengetahuan. Rumpun model mengajar
terdiri atas model-model: informative
processing, social, personal, dan behavioral.
Metode
belajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan penyajian materi
pelajaran. Metode pokok mengajar terdiri atas metode-metode: ceramah, diskusi,
demonstrasi, dan ceramah plus (CP) seperti: PPTT, CPDT, dan CPDP.
Strategi
mengajar ialah sejumlah langkah prosedural untuk mencapai tujuan tertentu dan
diaplikasikan dalam metode mengajar. Strategi SPELT adalah sebuah strategi
modern yang ditransfer kepada siswa agar menjadi: pemikir dan pemecah masalah,
pemilik strategi belajar sendiri yang efisien, lebih sadar akan kemampuan
mengendalikan proses terjauh berpikirnya sendiri (kesadaran metacognitive).
Proses
mengajar terdiri atas tahap-tahap: prainstruksional termasuk kegiatan pre test,
instruksional (penyajiam materi), dan evaluasi dan tindak lanjut termasuk
kegiatan post test dan pembarian tugas. Setiap metode mengajar memiliki
kelemahan-kelemahan disamping keunggulan-keunggulannya sendiri. Oleh karena
itu, guru perlu bijaksana dalam memilih atau memodifikasi metode yang hendak
digunakan.
Pendekatan
pembelajaran yang inovatif dapat diimplementasikan dalam bebagai pendekatan misalnya
Paikem menata kelas dengan bentuk antara lain bentuk leter U.
Guru
dan proses belajar dan mengajar, guru adalah tenaga pendidikan yang tugas
utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa
sebagai implementasi konsep ideal mendidik.
Dibanyak
Negara maju pendidikan keguruan (preservice
education) diselenggarakan secara seimbang antara kegiatan kelas dengan
kegiatan praktik lapangan. Bahkan di Australia sudah terdapat beberapa lembaga
pendidikan keguruan yang hampir seluruh kegiatannya diselenggarakan di
sekolah-sekolah tempat praktik.
Karakteristik
kepribadian guru meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologi.
Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan
profesimya, sedangkan profesionalisme berarti kualitas dan perilaku khusus yang
menjadi ciri khas guru profesional. Jadi, dan perilaku khusus yang menjadi ciri
khas guru profesional ialah guru yang kompeten dan melaksanakn tugas mengajar
sebagai satu-satunya profesi utama yang wajib dilaksanakan.
Kompetensi
guru meliputi: kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. PMB ialah sebuah
kesatuan kegiatan yang integral dan resiprokal antara guru dan siswa dalam
situasi instruksional. Dalam situasi ini guru mengajar dan siswa belajar. PMB
dapat berlangsung dalam komunikasi multiarah dan dua arah antara guru dan
siswa.
Sasaran
PMB terdiri atas sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Sedang tujuan-tujuan meliputi: tujuan instruksional, kulikuler,
institusional, nasional, dan universal.
PMB
dapat dilaksanakan dengan proses sistem: enquiry-discovery,
expository, learning for mastery, dan humanistic
education. Faktor-faktor yang mempengaruhi PMB ialah: karakteristik siswa,
karakteristik guru, interaksi dan metode, karakteristik kelompok, fasilitas
fisik, mata pelajaran, dan limgkungan.
Buku ke-4
Nama
penulis : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ISBN : 979-514-036
Tahun
terbit : Cet. Ke-17, 2014
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari manusia. Manusia sebagai satu kesatuan yang bulat
antara jasmani dan rohani. Objek psikologi adalah manusia. Karena sifat-sifat
manusai yang sangat kompleks dan unik maka objek psikologi biasanya di bedakan
menjadi 2 macam yaitu: 1) objek material; 2) objek formal. Pada umumnya
psikologi itu dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu: 1) psikologi metafisika; 2) psikologi empiri.
Hubungan
psikologi dengan ilmu-ilmu lain yaitu: 1)
psikologi dan antropologi; 2) psikologi
dan sosiologi; 3) psikologi dan
fisiologi. Ketiga ilmu-ilmu diatas saling berhubungan, bantu-membantu satu
sama lain dan saling isi mengisi. Juga dengan ilmu-ilmu yang lain lagi,
seperti: ilmu ekonomi, ilmu hukum, pendidikan, dan sebagainya.
Psikologi
pendidikan itu sebenarnya sudah termasuk didalam psikologi, dan tidak perlu
dipersoalkan atau dipisahkan menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Andaipun
akan menghubungkan psikologi itu dengan berbagai kebutuhan praktek kehidupan
manusia, mungkin akan lebih tepat jika kita mengatakan: psikologi dalam hubungannya
dengan pendidikan atau kegunaan psikologi dalam pendidikan, kegunaan psikologi
bagi industry, psikologi tentang anak abnormal, psikologi dalam hubungannya
dengan pengelolaan, dan sebagainya.
Ruang
lingkup psikologi pendidikan menurut Crow & Crow, anatara lain ialah:
1. Sampai
sejauh mana faktor-faktor pembawaan, dan lingkungan berpengaruh terhadapat
belajar;
2. Sifat-sifat
dari proses belajar;
3. Hubungan
dengan tingkat kematangan dengan kseiapan belakar (learning readiness);
4. Signifikasi
pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan
keterbatasan belajar;
5. Perubahan-perubahan
jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar; dsb.
Pembawaan
dan lingkungan, faktor-faktor pembawaan dan lingkungan antara lain: 1) aliran
nativisme; 2) aliran empirisme; 3) hukum konvergensi. Pembawaan dan keturunan,
banyak para ahli yang berusaha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang
berkenan dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelididkan itumasih belum
dapat dikatakan memuaskan hasil. Pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan
yang dapat diwujudkan. Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih
(kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh
keturunan, inilah dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
Manusia
berinteraksi dengan dunia luar. Tenaga-tenaga pendorong pada manusia, daya yang
mendorong manusia untuk merlakukan perbuatan ialah dorongan nafsu (driften). Dorongan nafsu ialah kekuatan
pendorong maju yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari,
mencapai sesuatu yang berupa benda-benda atau pun nilai-nilai yang tertentu.
Dalam
garis besar dorongan nafsu dapat dibagi menjadi 3 golongan: 1) dorongan nafsu
mempertahankan diri; 2) dorongan nafsu mengembangkan diri, 3) dorongan nafsu
mempertahankan jenis. Ada pula yang membagi dorongan nafsu itu menjadi 4 macam
yaitu: 1) dorongan nafsu vital; 2) dorongan nafsu egois; 3) dorongan nafsu
sosial; 4) dorongan nafsu supra sosial.
Daya-daya
yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan dunia lua ialah: pengamatan,
tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan.
Bahasa
dan berpikir, berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang
khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia
mempunyai bahasa sedangkan hewan tidak memiliki bahasa. Bahasa manusia adalah
hasil kebudaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Berpikir
adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan. Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah abstraksi. Abstraksi dalam hal ini
berarti: anggapan lepasnya kualitasnya atau relasi dari benda-benda,
kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang relasi dari benda-benda,
kejadian-kejadian, dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai
kenyataan. Macam-macam cara berpikir: 1)
berpikir induktif, 2)berpikir deduktif, 3) berpikir analogis.
Intelejensi
ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara yang tertentu. Ciri-ciri perbuatan intelejensi, suatu
perbuatan dapat dianggap intelejen bila memenuhi beberapa syarat berikut:
1. Masalah
yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
2. Perbuatan
intelijen sifatnya serasa tujuan dan ekonimis.
3. Masalah
yang dihadapi, harus mengadung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
4. Keterang
pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5. Dalam
berbuat intelijen sering sekali menggunakan daya mengabstraksi.
6. Pebuatan
intelijen bercirikan kecepatan.
7. Membutuhkan
pemuasan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya
pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Faktor
yang mempengaruhi intelejensi seseorang yaitu: pembawaan, kematangan,
pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, kebebasan. Hubungan intelegensi
dengan kehidupan seseorang, kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi
kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Motivasi,
motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu
organism yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau
perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah
laku organism itu. Jika kita tekankan ialah faktanya/objeknya yang menarik
organisme itu, maka kita pergunakan istilah perangsang (incentive).
Klasifikasi motif-motif, menurut Sartain motof-motif
dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) physiological
drive, 2) social motives. Menurut
Woodworth motif-motif dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1) kebutuhan-kebutuhan
organis, 2) motif-motif yang timbul sekonyong-konyong, 3) motif obyektif.
Hubungan
motif dan minat, the will to live yang
seringkali dikatakan motif pokok dari semua makhluk, bagi manusia tidak
semata-mata merupakan keinginan, untuk tetap hidup (tidak sakit atau mati),
tetapi merupakan juga keinginan untuk hidup dalam hubungan yang aktif dengan
lingkungannya.
Pertentangan
(konflik) antara motif-motif, kadang-kadang suatu motif mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif yang lain menolaknya (mendorong untuk
menghindarinya). Sertain membedakan tiga macam konflik/pertentangan antara
motif-motif itu sebagai berikut:
1. Approach – avoidance conflict,
2. Approach – approach conflict,
3. Avoidance – avoidance conflict.
Fungsi
dari matif-motif ialah:
1. Mondorong
manusia untuk berbuat atua bertindak.
2. Menentukan
arah perbuatan.
3. Menyeleksi
perbuatan kita.
Dalam
kata sehari-hari motif dikatakan seperti: hasrat, maksud, minat, tekad, kemampuan,
doromgan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan sebagaimua.
Motif
dan motivasi, motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diriseseorang
yang menyebabkan orang tersebut bertindak melakukan sesuatu. Motivasi adalah
pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang
agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehungga mencapai
hasil dan tujuan tertentu.
Tujuan
motivasi, tujuannya adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan dalam kurukulum sekolah. Teori-teori motivasi yaitu: 1) teori hedonisme, 2) teori naluri, 3) teori reaksi
yang dipelajari, 4) teori pendodrong,
5) teori kebutuhan, 6) teori Abraham Maslow.
Belajar,
belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; prose
situ terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.
Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah:
kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian,
berpikir, dan latihan.
Cara
penyesuaian diri yang dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja,
dan bagaimana hubungannya dengan belajar: belajar dan kematangan, belajar dan
pengalaman, belajar dan bermain, belajar menghafal/mengingat, belajar dan
latihan. Beberapa teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain
ialah: teori conditioning, teori connectionism, teori menurut psikologi
Gestalt.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar: kematangan/pertumbuhan, kecerdasan/intelijensi,
latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang, keadaan keluarga,
guru dan cara mengajar, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan dan
kesempatan.
Transfer
dan lupa dalam belajar, transfer belajar disebut positf jika
pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dan
diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru. Teori daya dan transfer, ada
suatu teori yang erat hubungannya dengan transfer belajar, teori daya. Teori
ini bertitik tolak dari pandangan ilmu jiwa bahwa jiwa itu terdiri atas
gejala-gejala/ daya-daya jiwa, seperti: daya mengamati, daya ingat, daya
berpikir, daya perasaan, daya kemauan, dan sebagainya.
Perihal
lupa, dahulu banyak orang berpendapat bahwa lupa itu terutama disebablkan oleh
lamanya waktu antara terjadinya proses ingatan. Karena telah lama maka mudah
dilupakan. Tetapi setelah diadakan penelitian oleh para ahli psikologi ternyata
bahwa pendapat tersebut tidak benar.
Cara-cara
belajar yang baik, Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode didalam
belajar, seperti berikut:
a.
Metode
keseluruhan kepada bagian.
b.
Metode
keseluruhan lawan bagian.
c.
Metode
campuran antara keseluruhan dan bagian.
d.
Metode
resitasi.
e.
Jangka
waktu belajar.
f.
Pembagian
waktu belajar.
g.
Membatasi
kelupaan.
h.
Menghafal.
i.
Kecepatan
belajar dalam hubungannya dengan ingatan.
j.
Retroactive
inhibition.
The
self, the self adalah individu sebagaimana dipandang/diketahui dan dirasakan
adalah individu itu sendiri. Frustasi sebenarnya ialah keadaan batin seseorang,
ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan yang tidak puas karena
hasrat/dorongan yang tidak dapat ditempuh.
Rintangan-rintangn
yang dapat menimbulkan frustasi yaitu: rintangan-rintangan yang bukan manusia,
rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain. Reaksi reaksi yang timbul
akibat adanya frustasi yaitu: gresi, mengundurkan diri, regresi, fiksasi,
represi, gangguan psikosomatis, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, kompensasi,
berhayal atau melamun.
Kepribadian,
aspek kepribadian yaitu: sifat-sifat kepribadian, intelejensi, pertanyaan diri
dan cara meneriman kesan-kesan, kesehatan, sikap terhadap orang lain,
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya
perasaan, peranan (roles), the self.
Buku ke-5
Nama
penulis : Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.pd.
Prof.
Dr. Hj. Nurhayati B.,M.Pd.
Judul
:PSIKOLOGI dalam PENDIDIKAN
ISBN : 979-8433-61-6
Tahun
terbit : cetakan ketiga Juli 2010
(Edisi Revisi)
Penerbit : ALFABETA, CV
Isi rangkuman buku
Psikologi
sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik di
institusi pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi
sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar,
pelatihan, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif,
afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis
peserta didik oleh pihak guru atau instruktur dan institusi pendidikan memiliki
kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan
sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didk, sehingga proses
pembelajaran dikelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan
tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan
menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku,
kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, presepsi, daya pikir,
intelegasi, fantasi, dan berbagai aspek psikologi lainnya yang berbeda antara
peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
Dalam
proses pembelajaran dikelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami
gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan
perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta
didk tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan
perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus
diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk
mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peerta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran dikelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh
guru dikelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang
dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan
strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat
mengikuti proses pembelajaran dikelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran.
Untuk
mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukan oleh peserta
didik di kelas sebagai factor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan
hasil pembelajaran peserta didik dikelas, maka guru harus dapat memilih dan
menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajran dikelas yang dapat
menumbuhkembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar
dikelas.
Adapun
strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru
dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi
belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode
diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL),
metode eksperimen, dan berbagai metode strategi. Dan pendekatan pembelajaran
yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya.
Abimanyu
(1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran
ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri
masalah-masalah dilapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti
faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses
belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi
perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar.
Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atau masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Perubahan
yang terjadi pada anak didk selama dalam proses pendidikan.
2. Pengaruh
pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3. Teori
dan proses belajar.
4. Hubungan
antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan
hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
6. Pengaruh
kondisi social anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai
sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidkan.
8. Pengaruh
interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan guru.
9. Hambatan,
kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama
proses pendidikan.
10. Pengaruh
perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan
belajar (Abimanyu, 1996).
Kontrobusi
psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia pendidikan
memang sangat besar karena menyangkut semua aspek bidang pendidikan, bukan
hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga
menyangkut masalah-masalah luar proses belajar mengajar.
Guru
harus selalu kreatif dalam membelajarkan peserta didik dikelas dengan menerapkan
pengetahuan tentang psikologi pendidikan secara optimal dan maksimal. Guru yang
kreatif selalu berusaha memahami tentang mengapa dan bagaimana peserta didik
dapat belajar dengan baik dan kondisi-kondisi apakah yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran yang efisien, efektif, dan memuaskan peserta
didik? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang menjadi kajian psikologi pendidikan
dan jawaban pertanyan ini ada dalam isi kajian tentang psikologi pendidikan.
Psikologi
pendidikan merupakan cabang dari psikologi.secara harfiah atau etimologis,
prikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti
ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa
manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia.
Makna tentang psikologi khususnya tentang objek materialnya, berkembang seirama
dengan perkembangan psikologi itu sendiri.
Psikologi
pendidikan sebagai bagian dari integral dari disiplin ilmu psikologi berupaya
menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psikologi dalam memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangan lebih
lanjut, psikologi pendidikan meluas menjadi berbagai kajian dalam
mengkajitentang masalah-masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan
dan pembelajaran di kelas.
Soerjabrata
(1074;6-13) ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi
situasi dan proses pendidikan dengan anak did sebagai pusatnya, yaitu kajian
psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan
dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses
pendidikan di kelas.
Jenis-jenis
gejala aktivitas umum jiwa manusia yang perlu diketahui oleh calon guru dan
guru sebagai berikut:
1. Perhatian
peserta didik.
2. Motivasi
belajar.
3. Pikiran
peserta ddidik.
4. Perasaan
peserta didik.
5. Sikap
belajar peserta didik.
6. Ingatan
peserta didik.
7. Fantasi
peserta didik.
8. Tanggapan
peserta didik.
9. Minat
belajae peserta didik,
10. Pengamatan
belajar peserta didik.
11. Kepribadian
peserta didik.
12. Inteligensi
dan bakat.
Pertumbuhan
diartikan sebagai suatau proses perubahan secara fisik yang menunjuk kepada
kuantutas. Sedangakan perkembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan
secara psikis yang menunjuk kepada kualitas. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak yang dikaji dalam psikologi perkembangan harus diketahuai dan
dipahami oleh para calon guru dan para guru disekolah. Batasan tentang anak
dalam kajian ini adalah anak usia sekolah di Taman Kanak-Kanak dan usia ana
sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Masalah pertumbuhan anak usia
TK dan SD perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru di TK
dan SD, karena dengan mengetahui tentang seluk beluk pertumbuhan fisik yang
dialami oleh anak TK dan murid SD ynag diajar, para guru dapat menyesuaikan
proses pembelajarannya di kelas dan aktivitas manajemen dikelas sesuai dengan
pertumbuhan peserta didik di TK dan di SD.
Sepert
halnya pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai peserta didik, pada remaja
sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui manusia,
juga makna pertumbuhan dan perkembangan kepada proses perubahan secara fisik
dan psikis (jiwa) yang dialami oleh remaja yang bersekolah pada jenjang
pendidikan dasar (SLTP/SMP), jenjang pendidikan menengah (SLTA/SMA), dan
jenjang pendidikan tinggi (khususnya mahasiswa baru).
Aktivitas
belajae manusia merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar
merupakan alat utama bagi peserta didk dalam mencapai tujuan pembelajaran
sebagai unsure proses pendidikan di sekolah. Sedangkan megajar merupakan alat
utama bagi guru sebagai pendidik dan pengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran sebagai proses pendidikan di kelas.
Tujuan
pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada
interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta disik dalam proses
pembelajaran di kelas. Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi yang
aktif dan edukatif antara guru dengan peserta yang saling menguntungkan kedua
belah pihak agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran dapat
dicapaisehingga siswa mengalami perubahan perilaku melaui kegiatan belajar.
Jenis-jenis
belajar yaitu (1) belajar bagian, (2) belajar dengan wawasan, (3) belajar
deskriminatif, (4) belajar secara global atau keseluruhan, (5) belajar
incidental, (6) belajar instrumental, (7) belajar intensional, (8) belajar
laten, (9) belajar mental, (10) belajar produktif, (11) belajar secara verbal.
Belajar
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut menurut Slameto
(1988:85) dan Suryabrata (1986) dibagi atas dua factor utama, yaitu factor
yangbersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik.
Factor yang bersumber dari individu disebut faktor intern dan faktor yang
bersumber dari luar diri individu disebut factor ekstern.
Teori-teori
dalam belajar pendidikan peserta didik :
1. Teori
belajar behaviorisme
Menurut teori ini bahwa belajar terjadi
bila perubahan dalam bentuk tingkah lakudapat diamati, bila kebiasaan
berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Teori behaviorisme
berpandangan bahwa belajar terjadi melalui operant conditioning.
2. Teori
psikologi kognitif
Bruner sebagai ahli teori belajar
psiklogi kognitif memandang proses belajar itu sebagai tigaproses yang
berlangsung secaraserempak, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2)
proses transformasipengetahuan, dan (3) proses pengecekan ketepatan dan
memadainya pengetahuan tersebut.
3. Teori
belajar humanisme
Ahli humanisme yang diwakili oleh Carl
R. Rogerskurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar
dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsnung bila tidak ada keterlibatan
intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori
belajar humanism behwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik
(Morris, 1982).
4. Teori
belajar social
Teori belajar social ini dikembangkan
oleh Bandura yang merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
trdisional. Teori belajar social ini menekankan banwa lingkungan-lingkungan
yang dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkungan itu kerapkali dipilih
dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.
Pengertian mengajar pada hakekatnya
ialah usaha unuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sadirman, 1990:47). Mengajar juga
dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer
ipteks kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti
menyambpaikan pengetahuan kepada anak didik..
Mengajar lebih cenderung mengandung
makna yang aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS ynag dimiliki oleh
guru kepada peserta didik agar peserta didik mengetahui memahami, dan menguasai
IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas
mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar
meraka menjadi manusia yang mrematuhi nilai, norma, dan etika yang
berlakudimasyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan
memiliki sikap dan perilaku yang baik.
Manajemen kelas mengandung
pengertian pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang
memungkinkan sisiwa dapat belajar secara efektif //9Rachman, 1999:11).
Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang menggunakan
alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas, atau juga dapat
diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Guru yang efektif juga menguasai
strategi pengajaran yang konstruktivistik. Aliran kontruktivistk menekankan
agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan
pemahaman. Menurut pandangan
konstruktivis, guru bukan sekedar member informasike pikiran anak, akan tetapi
guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, manamukan
pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis (Brooks dan Brooks dalam
Santrock, 2010).
Menurut para ahli pendidikan, mutu
proses belajar mengajar diartikan sebagai mutudari aktivitas mengajar tang
dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta
didik di kelas. Sedangkan mutu hasil proses belajar mengajar ialah mutu dari
aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu dari aktivitas belajar
yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.
Indikator-indikator mutu proses dan
hasil belajar mengajar di kelas :
1.
Guru membuka pelajaran dengan ucapan
salam
2.
Guru melaukan presensi siswa.
3.
Guru melakukan pengelolaan kelas.
4.
Guru menjelakan materi pelajaran di
kelas.
5.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
6.
Guru menjawab pertanyaan siswa.
7.
Guru memberikan penguatan.
8.
Guru mengajukan pertanyaan dasar dan
lanjutan.
9.
Guru mengadakan variasi dalam teknik
mengajar.
10.
Guru menggunakan stimulasi untuk
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.
11.
Guru mengadakan pengajaran dikelompok
kecil.
12.
Guru memimpindiskusi kelompok.
13.
Guru mengajar atas dasar pebedaan
individu.
14.
Guru mengajar malaui penemuan siswa.
15.
Guru mengembangkan kreatifitas siswa.
16.
Guru memberikan kegiatan pengayaan dan
remedial kepada siswa.
17.
Guru membrukan tugas belajar kepada
siswa secara individu maupun kelompok.
18.
Guru menilai sikap dan perilaku
kerjamsam siswa dalam mengikuti PBM di kelas.
19.
Guru menilai penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran dengan tes formatif.
20.
Guru memperjelas kembali jawaban siswa
atas pertanyaan siswa lain.
21.
Guru menarik kesimpulan tentang pokok
bahasan yang diajarkan pada akhir pertemuan pelajaran di kelas.
22.
Guru memberikan pekerjaan rumah kepada
siswa.
23.
Guru menutup pelajaran dengan mengucap
salam.
Buku ke-6
Nama
penulis : Drs. H. Abu Ahmadi
Drs.
Widodo Supriyono
Judul
: PSIKOLOGI BELAJAR
ISBN : 978-979-518-046-3
Tahun
terbit : --ed. Rev. , cet. 3. -- 2013
Penerbit : Rineka Cipta
Isi rangkuman buku
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu mempunyai
hubungan dengan ilmu-ilmu lain, yang sama-sama mempelajari tentang keadaan
manusia. Hal ini akan member gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak
hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu
lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai hubungan
dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi, sosiologi,
biologi, dan lain sebagainya.
Hubungan
psikologi dengan filsafat. Psikologi adalah ilmu yang bekembang sejak abad
ke-17 dan abad ke-18 serta tampak pesat kemajuannya pada abad ke-20. Pada
awalnya ilmu ini adalah bagian dari filsafat, sebagai mana ilmu-ilmu yang lain,
misalnya ilmu hukum, ekonomi, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan alam mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan
diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat,
hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain,
termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan
metode ilmu psikologi.
Hubungan
psikologi dengan biologi. Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang kehidupan, berarti bahwa semua benda yang hidup menjadi objek biologi,
oleh karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup maka cukup banyak
ilmu-ilmu yang bergabung di dalamnya. Maka baik biologi atau psikologi
sama-sama membicarakan manusia.
Hubungan
psikologi dengan sosiologi. Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek
sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia,
mempelajari manusia didalam masyarakatnya. Karena itu, baik psikologi maupun
sosiologi sama-sama membicarakan tentang manusia, tidaklah mengherankan kalau
pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan didalam meninjau manusia,
misalnya contoh tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting adalah hidup
bermasyarakat.
Hubungan
psikologi dengan pedagogik. Kedua ilmu ini hamper tidak bisa dipisahkna antara
satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan timbal balik. Pedagogik sebagai
ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak lhahir
sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak mendasarkan diri pada psikologi,
yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup manusia sepanjang masa,
bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya ditunjukkan oleh psikologi. Oleh
karena sangat erat tugas antara keduanya, maka timbul educational psychology (ilmu jiwa pendidikan).
Hubungan
psikologi dengan agama. Dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat agama
sejak turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang
sesuai dengan kondisi dan psikologi pula. Tanpa dasar agama sulit mendapat
tempat di dalam jiwa manusia. Mengingat eratnya hubungan antara keduanya maka
lahirlah psikologi agama (psychologyof religion).
Tujuan
mempelajari psikologi untuk memeperolah paham tentang gejala-gejala jiwa dan
pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesame manusia pada umumnya
dan anak-anak pada khususnya, untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta
kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak,
untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Tingkah
laku manusia berbeda dengan makhluk lain. Tingkah laku manusia tidak terjadi
secara spontanitas (timbul dan hilang di saat-saat tertentu) tetapi selalu ada
kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.
Tiap-tiap tingkah laku manusia mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini
tampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti balajar atau bekerja, tetapi hali
ini juga terdapat pada tingkah laku lain yang tampaknya tidak ada tujuannya.
Psikologi
anak, sebenarnya pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi
Kuno, namun belum memandang anak tidak sebagaimana mestinya. Pada abad ke-17
Yohan Amos Comenius yang pertama kali memandang anak sebagai anak didik yang
mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh di pandang sebagai orang
dewasa. Pada abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipelopori oleh Jean Yaques
Rousseau memandang anak sebagai anak. Yean Johan Heinrich Pestalozzi,
mempelajari kelakuan anak dalam masa permainan. W. Stern, mempelajari kehidupan
anak sebbagai tinjauan pendidikan dan ketabiban. Frederich Frobel menaruh cinta
kepada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman kanak-kanak yang
terkenal dengan nama Kinder Garten.
Psikologi
anak luar biasa. Dalam memahami anak luar biasaini diperlukan memahami
kecacatan dan akibat akibat dari kecatatan yang terjadi pada anak/penderita.
Pengertian cacat yaitu anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan baik segi fisik mental dan emosi secara sosialnya bila
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. Kelainan meliputi fisik, mental,emosi,
maupun sosial, sehingga menimbulakan akibat hambatan tingkah laku sikap dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Tujuan
mempelajari psikologi anak luar biasa (psychology
of handicap),
1. untuk
mengetahui keadaan anak berkelainan dan pengaruhnya terhadap anak berkelaianan.
2. Mengetahui
sikap dan kepribadian anak berkelainan dalam hubungan dengan lingkungan.
3. Mengetahui
reaksi anak berkelainan dalam penyesuaian diri.
4. Untuk
mengetahui pengaruh keturunannya terhadap kehidupan di masyarakat.
5. Untuk
mengetahui reaksi individu anggota masyarakat dalam menanggapi anak
berkelaianan.
Masalah
kesulitan belajar. Aktivitas belajar bagi setaiap individu, tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancae, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Setiap individu memang tidak ada uang sama. Perbedaan indivisual
ini pulalah yang menyebabkab perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak
didik. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan
“kesulitan belajar”.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah
(kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-inteligensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Bimbingan dalam belajar. Masalah adalah
merupakan inti dari kegiatan disekolah. Sebab semua di sekolah diperuntukkan
bagi keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah
tersebut. Oleh karena itu memberikan pelayanan, bimbingan disekolah berarti
pula memberikan pelayanan belajar bagi setiap siswa.
Tujuan
pelayanan bimbingan sekolah. Dengan bimbingan di sekolah diartikan suatu proses
bantuan anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat
memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingakah
laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat.
Tujuan
pelayanan bimbingan bagi murid adalah untuk:
1.
Membantu dalam memahami tingkah laku
orang lain.
2.
Membantu murid murid supaya hidup dalam
kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental, dan sosial.
3.
Membentu proses sosialisasi dan sikap
sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
4.
Membantu murid-murid untuk mengembangkan
pemahaman diri sesuai denga kecakapan, minat bakat, kecakapan belajar, dan
kesempatan yang ada.
5.
Membantu murid-murid untuk mengembangkan
motif-motif intrinsic dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang
berarti dan bertujuan.
6.
Memberikan dorongan dalam pengarahan
diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam
proses pendidikan.
7.
Mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri (selt acceptance).
8.
Membantu murid-murid untuk memperoleh
keputusan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.
Tujuan pelayanan bimbingan dalam
belajar. Karena belajar itu merupakan kegiatan inti pengajaran di sekilah, maka
wajiblah murid-murid dibimbing agar tecapai belajarnya. Tujuan bimbingan
bealajar secara umum adalah membantu murid-murid adar mendapatkan penyesuaian
yang baik di dalam situasi belajar sehingga setiap murid dapat belajar dengan
efisien sesuai degan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang
optimal.
Kebutuhan-kebutuhan dalam belajar
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memiliki
kondisi fisik yang tetap sehat.
2. Memiliki
jadwal belajar dirumah, yang disusun dengan baik dan teratur.
3. Memiliki
disiplin terhadap diri sendiri, patuh dan taat dengan rencana belajar yang
telah dijadwalkan.
4. Memiliki
kamar/tempat belajar yang sesuai dengan seleranya sendiri dan mendorong
kegiatan belajar.
5. Menyiapkan
peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar.
6. Menerangi
dalam kamar/tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata.
7. Harus
bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar.
8. Memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.
Perana
guru dalam bimbingan belajar. Perkembangan ilmu dan teknologi yang disertai
dengan perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat dewasa ini,
peranan guru telah meningkat dari pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan
tanggung jawab menjadi lebih meningkat terus, yang kedalamnya termasuk
fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajar (designer of instruction), pengelola pengajar (manager of instruction), evaluator
of student learning, motivator belajar, dan sebagai pembimbing.
Guru
sebagai pembimbing dalam belajar diharapkan mampu untuk:
1. Memberikan
berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
2. Membentu
setiap siswa dalam mengatai masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3. Mengevaluasi
hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
5. Mengenal
dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
Funfsi
utama dari bimbingan adalah membantu siswa dalam masalah-masalah pribadi dan
sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan
juga perantara dari siswa dalam hubungannya dengan para guru maupun tenaga
administrasi. Kebutuhan bimbingan bagi anak-anak ada bermacam-macam yaitu
bimbingan belajar, bimbingan penyelesaian, bimbingan pekerjaan, bimbingan
karier, bimbingan sosial dan pribadi, bimbingan jabatan.
Pengaja
rremedial dalam proses belajar. Belajar merupakan proses dari perkembangan
hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu sebagai tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja
menurut apa yag telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman.
Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Proses
belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana
tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan
struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak ada perubahan
tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar.
Hubungan
pengajar perbaikan dalam proses belajar mengajar.. dalam kurikulum
sekolah-sekolah dewasa ini metode dan sistem penyampaiannya dipergunakan dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Pendekatan
ini dianggap merupakan salah satu sistem yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan yang optimal dengan melalui satuan pelajaran. Satuan pelajaran adalah kegiatan belajar
mengajar guna membahas suatu bahan atau satuan bahasan, dalam rangka pencapaian
tujuan yang lebih khusus (tujuan
instruksional khusus). Tujuan instruksional khusus ini hendaknya dirumuskan
dengan jelas, dapat diukur, serta dalam bentuk tingkah laku murid.
Pendekatan
dan metode dalam pengajaran remedial. Pendekatan yang bersifat kuratif,
pendekatan ini diadakan mengingatkan kenyataannya ada seseorang atau sejumlah
siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu
menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Program dalam prose situ dapat diartikan untuk setiap
pertemuan, unit pelajaran, atau saruan untuk tertentu.
Untuk
mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1.
Pengulangan
2.
Pengayaan/pengukuhan.
3.
Pencepatan.
Evaluasi
dalam psikologo belajar. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini
penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakan tujuan belajar yang
telah ditetapkan dengan tercapai atau tidak. Melalui evaluasi dapat diketahui
kemajuan-kemajuan belajat yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan
penting mengenai apa yang telah diperolah dan diketahui anak. Serta dapat merencanakan
apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
Istilah
evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran. Keduanya memang ada kaitan yang
erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata,
pengertian pengukukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang
dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara yang lain.
Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunan informasi yang diperoleh
dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapatan dan
membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Bahwa
dengan psikologi belajar kita akan memiliki dan memilih menyusun evaluasi
secara tepat, memilih dan menyususn program belajar-mengajar secara tepat,
dapat memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor penghambat dan penunjang
belajar anak, serta dapat membantu anak dalam belajar. Pada gilirannya kita
akan dapat mengarahkan pertimbangan dan perkembangan anak secara wajar dalam
rangka mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Cara
belajar siswa aktif (CSBA) merupakan istilah yang bermakna, sama dengan Student Active Learning (SAL). CBSA
bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa popular bukan “teori”, tapi merupakan
cara, teknik atau dalam bahasa lain disebut “teknologi”. Dalam dunia pendidikan
dan pengajaran CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, CBSA
merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan
tuntutan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar.
Sebagai
konsep CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya
terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul
berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan
mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek.Model belajar
mengajar menunjukkan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi
keputusan-keputusan metodologi guru.
Buku ke-7
Nama
penulis : Drs. Syaiful Bahri Djamarah,
M.Ag.
Judul
: PSIKOLOGI BELAJAR
ISBN : 978-979-518-852-0
Tahun
terbit : 2011
Penerbit : Rineka Cipta
Rangkuman isi buku
Psikologi
belajar adalah sebuah fase yang terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan bealjar. Psikologi beasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti
ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Sebagai
sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, yang kajiannya
dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup
di sekitar masalah belajar saja. Ruang lingkup psikologi belajar yaitu masalah
belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Manfaat
mempelajari psikologi belajar salah satunya dapat diperoleh ilmu pengetahuan
tentang hakikat siapa anak didik dan bagaimana cara belajarnya, hakikat umum
belajar dan syarat-syaratnya yang diperlukan agar peristiwa belajar dapat
berjalan dengan baik, yang dapat dimanfaatkan dalam penganbilan kebijakan pembelajaran.
Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika hakikat
belajar ada beberapa perubahan yang akan dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar
yaitu:
1.
Perubahan yang terjadi secara sadar.
2.
Perubahan dalam belajar bersifat
fungsional..
3.
Perubahan dalam belajar bersifat positif
dan aktif.
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara.
5.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah.
6.
Perubahan mencangkup seluruh aspek
tingkah laku.
Aktivitas-aktivitas
dalam belajar yaitu :
1.
Mendengarkan.
2.
Memandang.
3.
Meraba, membaca, dan mencicipi/mengecap.
4.
Menulis atau mencatat.
5.
Membaca.
6.
Membiat ikhtisar atau ringkasan dan
menggarisbawahi.
7.
Mengamati table-tabel, diagram-diagram
dan bagan-bagan.
8.
Menyususn paper atau kertas kerja.
9.
Mengingat.
10.
Berpikir.
11.
Latihan atau praktek.
Perkembangan
bahasa anak, bahasa merupakan sarana efektif untuk menjalin komunikasi sosial.
Tanpa bahasa, komunikasi tidah dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial
pun tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa siapapun tidak akan dapat
mengekpresikan diri untuk menyampaikan kepada orang lain.
Potensi
berbahasa anak. Meski anak memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensinya
itu tidak akan dapat tumbuh dan berkembang bila tidak didukung oleh lingkungan.
Disini lingkungan memiliki nilai strategis untuk menumbuhkembangkan potensi
berbahasa anak. Ketika seorang anak dilahirkan, kemudian dia dibesarkan di
dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang maka potensi
berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan
bertambahnya usia anak. Tetapi, dalam kasuistik tertentu, bila seorang anak
dilahirkan, kemudian dibesarkan oleh binatang tertentu dalam waktu cukup lama
dan tidak pernah berinteraksi dengan manusia maka dapat dipastikan potensi
berbahasa anak akan hilang. Kasus penculikan bayi oleh orang utan yang pernah
terjadi di Negara Uganda yang diberitakan oleh Majalah Intisati adalah data otentik dalam hal ini. Oleh karena itu,
lingkungan secara signifikan mempengaruhi perkembangan potensi berbahasa anak.
Penamaan
bahasa ibu/bahasa pertama adalah mengacu pada satu sistem linguistic yang sama.
Yang dimaksud bahasa ibu adalah satu sistem linguistic yang pertama kali
dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang memlihara seorang anak.
Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa
itulah yang pertama-tama dipelajari seorang anak. Kalau kemudian si anak
mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya maka bahasa lain yang
dipelajarinya disebut bahasa kedua (disingkat B2). Yang disebut bahasa asing
yaitu, bahasa yang akan selalu merupakan bahasa kedua (B2) bagi seorang anak.
Prinsip-prinsip
belajar bahasa. Dalam proses belajar bahasa, ada sejumlah prinsip belajar yang
dapat melicinkan jalan menuju keberhasilan belajar bahasa. Berdasarkan
pendekatan tertentu maka prinsip-prinsip belajar dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologi dan prinsip-prinsip
belajar yang bersifat linguistic (materi dan metodik).
Perbedaan
kemampuan anak dalam belajar bahasa, setiap anak mempunyai perbedaan baik dari
segi kematangan berpikir, kemampuan berbahasa, maupun tingkat inteligensi. Oleh
karena itu, kemampuan anak tidak sama dalam berbicara, mendengarkan, membaca,
atau pun menulis. Bisa jadi seorang anak pandai berbicara, tetapi belum tentu
ia mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Atau seorang anak pandai
menuliskan ide, gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia mampu
menuangkannya dalam bentu tulisan. Atau seorang anak pandai menulis ide,
gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia sanggup menyampaikan dengan
kata-kata. Meskipun setiap anak memiliki kemampuan untuk belajar bahasa, tetapi
kemampuan anak dalam belajar bahasa berbeda-beda.
Anak
didik belajar dan guru mendidik. Anak didik adalah sebjek utama dalam
pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didk tidak mesti
harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Kadar
daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat
keberhasilan mulai dari kurang, minimal, optimal,dan maksimal. Hal ini sebagai
indicator bahwa penguasaan bahan pelajaran oleh anak didik bermacam-macam.
Untuk meminimalkan tingkat perbedaan yang eksterm ini, maka berikanlah waktu
yang bervariasi dalam belajar anak didik. Dengan begitu, setiap anak didik
dapat menguasai bahan pelajaran seluruhnya. Dan kesan ada anak pandai dan anak
bodoh dinetralisir.
Dari
pembahasan diatas diklarifikasikan menjadi tida aspek, yaitu perbedaan bilogis,
intelektual, dan psikologis.
Bealajar
berdasarkan prinsip, telah dipahami bahwa belajar adalah berubah. Berubah
berarti belajar, tidak berubah berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat
belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.
Agar
setelah melakukan kegiatan belajat didapatkan hasil yang efektif dan efisien
tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan
jalan kearah keberhasilan belajar. Oleh karena itulah, beberapa prinsisp
belajar perlu ditelaah dengan seksama untuk mendapatkan pengertian yang
mendalam sehingga dapat menerangkan kedalam kegiatan belajar baik dirumah
maupun disekolah. Prinsip-prinsip dalam belajar yaitu:
1.
Prinsip bertolakdari motivasi
2.
Prinsip pemusatan perhatian.
3.
Prinsip pengertian pengambilan pokok
4.
Prinsip pengulangan
5.
Prinsip yakin akan kegunaan
6.
Prinsip pengendapan
7.
Prinsip pengutaraan kembali hasil
belajar
8.
Prinsip pemanfaatan hasil belajar
9.
Prinsip menghindari gangguan
Guru
sebagai pribadi kunci, secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik
perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau disekolah.
Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal figur guru. Hal ini dikarenakan figur
guru bermacam-macam seperti guru silat, guru mengaji, guru vak., guru mata
pelajaran, Ki ajar, bhatara guru, maha guru, dan sebagainya. Apapun istilah
dari figur guru yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan
terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang.
Pertumbuhan
dan perkembangan anak serta pengaruhnya dalam belajar, pertumbuhan tidak
berproses secara bebas, tetapi dipengaruhi oleh aspek-aspek lain. Pertumbuhan yang
menyangkut perubahan sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang saling
yang saling berhubungan. Aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dimaksud
adalah sebagai berikut:
1.
Anak sebagai keseluruhan.
2.
Umur mental anak mempengaruhi
pertumbuhannya.
3.
Permasalahan tingkah laku sering
berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan.
4.
Penyesuaian pribadi dan sosial
mencerminkan dinamika pertumbuhan.
Hubungan
perkembangan dengan belajar anak, dalam belajar yang terlihat bukan hanya
fisik, tetapi diikuti oleh proses mental kegiatan fisik mempunyai arti penting
dalam kegiatan belajar. Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar
anak, yang tidak kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan
kognitif.
Motivasi
belajar, dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum
tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya.
Motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsangan dari luar.
Prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar yaitu sebagai berikut:
1.
Motivasi sebagai dasar peggerak yang
mendorong aktivitas belajar.
2.
Motivasi intrinsik lebih utama daripada
motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3.
Motivasi berupa pujian lebih baik dari
hukuman.
4.
Motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan dalam belajar.
5.
Motivasi dapat memupuk optimism dalam
belajar.
6.
Motivasi melahirkan prestasi dalam
belajar.
Bentuk-bentuk
motivasi dalam belajar, ada beberapa bentuk mptivasi yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:
1.
Member angka
2.
Hadiah
3.
Kompetisi
4.
Ego-Involment
5.
Member ulangan
6.
Mengetahui hasil
7.
Pujian
8.
Hukuman
9.
Hasrat untuk belajar
10.
Minat
11.
Tujuan yang diakui
Upaya
meningkatkan motiasi belajar, menurut De Decce dan Grawford (1974) ada empat
guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan
motivasi belajar anak didik, yait guru harus dapat menggairahkan anak didk,
memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan
perilaku anak didik kea rah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1.
Faktor lingkungan
Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem.
Saling ketergantungan antara lingkungan
biotic dan abiotik tidak dapat dihindari.
2.
Faktor instrumental
Setiap
sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tertentu saja pada tingkat
kelembagaan.dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayagunakan menurut
fungsinya masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru
dalam merencanakan program pengajaran.
Lupa
dan transfer belajar, lupa merupakan istilah yang sangat pupuler dimasyarakat.
Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang
lupa akan sesuatu; entah itu hal tentang peristiwa atau kejadian dimasa lampau
atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan.
Fenomena lupa dapat terjadi pada siapa pun juga. Tak peduli apakah orang itu
anak-anak, remaja, orang tua, guru pejabat, professor, petani, dan sebagainya.
Transfer
belajar, sekolah dan masyarakat merupakan duasis kehidupan yang tak dapat dipisahkan.
Di satu sis masyarakat membutuhkan sekolah untuk membangun sumber daya manusia
agar terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah membutuhkan masyarakat
sebagai terminal terakhir dalam pengimplimentasian hasil belajar dalam bentuk
kognitif, afektif, dan psikomotor. Transfer belajar adalah sebuah fase yang
terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer itu sendiri adalah kata
pungut dari bahasa Inggris yaitu “transfer”
yang berarti pengertian, serah terima, atau pemindahan. Belajar sebagaimana
telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor,
Masalah
kesulitan belajar, menurut Muhibbin Syah beberapa penyebab masalah kesulitan
belajar sebagai berikut adalah;
1.
Yang bersifat kognitif (ranah cipta),
antara lain seperti kapasitas intelektual/inteligensi anakdidk.
2.
Yang bersifat afektif (ranah rasa),
antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3.
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa),
antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran
(mata dan telinga).
Faktor-faktor penyebab masalh kesulitan
belajar anak didk dapat dibagi menjadi faktor anak didk, sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Cara mengenal anak didk yang mengalami kesulitan belajar, beberapa
gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didk dapat dilihat dari
petunjuk-petunjuk berikut:
1.
Menunjukkan prestasi belajar yang
rendah.
2.
Hasil belajar yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.
Anak didik lambat mengerjakan
tugas-tugas yang dilakukan.
4.
Anak didk menunukan sikap yang kurang
wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan
sebagainya.
5.
Anak didk menunjukkan tingkah laku yang
tidak seperti biasanya ditunjukan pada orang lain.
6.
Anakdidk yang tergolong IQ tinggi, yang
secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi yang tinggi, tetapi
kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
Anak didik yang
selalu menunjukkan orestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata
pelajarn, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya meurun drastis.
Buku ke-8
Nama
penulis : Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd., Kons.
Judul
: Bimbingan dan Koseling
Dalam Pendidikan
ISBN : 978-602-1508-67-1
Tahun
terbit : 2014
Penerbit : KAUKABA (Bentang Aksara Galang
Wacana)
Rangkuman isi buku
Pemahaman
pendidik tentang peserta didik yang benar akan tercermin dalam program
pendidikan yang fokus pada pengembangan segenap potensi peserta didik.
Kenyataan bahwa pendidik sering menampilkan gaya yang kurang disenangi peserta
didik seperti pemarah dan cepat emosional, cerewet dan pilih kasih,
bertentangan dengan kebutuhan peserta didik yang sangat menginginkan penampilan
pendidik yang tidak pernah pemarah/emosional, pendidk yang baik, ramah, pintar
dan penuh perhatian.
Pendidik
dituntut tanggung jawabnya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional, yaitu praktik pendidikan yang didasarkan pada kaidah-kaidan
keilmuan pendidikan. Esensi permasalahan peningkatan profesionalisme pendidik
menurut Winarno adalah masalah akuntabilitas pendidik. Ia melontarkan sinisme
bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan oleh ilmu pendidikan atau “pentip”
(pendidikan-tanpa-ilmu-pendidikan).
Pemeran
utama dalam proses pembelajaran menurut Kuandar, adalah peserta didik dan
pendidik, dengan isi dan arah kegiatan yang terencana unruk mencapai tujuan
pendidikan.
Upaya
pendidikan dan bimbingan pada dasarnya berintikan pengembangan harkat dan
martabat kemanusian peserta didik secara terus menerus dan berkesinambungan.
Kajian tentang manusia yang lebih mendasar dan komprehensif menurut Prayitno
menghasilkan pemahaman berkenan dengan hakekat manusia yang mencerminkan harkat
dan martabat manusia (HMM).
Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajara dilakukan oleh pendidik sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran adalah
proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar.
Proses
pembelajaran merupakan komponen situasi pendidikan dalam wujud interaksi antara
peserta didik dan pendidik dengan substansi tertentu melalui berbagai suasana,
cara, dan media agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan
pendidikan sarat dengan hakekat manusia. Oleh karena itu, pendidik perlu
memiliki pemahaman yang benar tentang hakekat manusia. Dalam proses
pembelajaran selain melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pendidik juga
bertugas untuk memberi bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
dan mengatasio permasalahan yang dihadapinya, sehingga tujuan belajarnya
tercapai secara maksimal.
Pentingnya
tugas pendidik sebagai pembimbing dan membagi tugas dan taggung jawab pendidik
antara lain melalui penjabaran kurikulum sehingga maknanya dapat mempengaruhi
dan terinternalisasi dalam diri peserta
didik dan dalam rangka pengenbangan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Tugas
utama pendidik adalah mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif
dan membimbing peserta didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dari uraian
diatas dapat kita ketahui proses pembelajaran harus berorientasi kepada
pengembangan dimensi-dimensi kemanusiaan peserta didik sebagai upaya dalam
pencapaian tujuan belajar.
Pembelajaran
pada dasarnya adalah upaya membentuk disposisi manusia melaui penggunaan bahan
yang berarti yang terpilih untuk suatu tujuan keunggulan. Pendidik mengajarkan
hal yang berarti pada peserta didik, dan peserta didik mengambil makna da
situasi sosial tertentu.
Bebrapa
yang sebaiknya dilakukan pendidik kepada peserta didk:
a.
Pengakuan
b.
Kasih sayang dan kelembutan
c.
Pengarahan
d.
Penguatan
e.
Tindakan tegas yang mendidik
f.
Keteladanan
Belajar adalah kegiatan yang
berproses yang merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaiaan tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumahnyaatau keluarganya
sendiri.
Kegiatan belajar ditandai dengan
adanya kegiatan yang membawa pada perubahan tertentu seperti dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa naik motor menjadi bisa naik motor, dari tidak
bisa bahasa inggris menjadi mahir da sebagainya.
Baru dapat dikatakan belajar
apabbila memiliki ciri-ciri kegiatan sebagai berikut:
a.
Belajar adalah aktifitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang bekajar baik aktual maupun
profesional.
b.
Perubahan itu pada dasarnya berupa
didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c.
Perubahan itu terjadi karena usaha.
Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu: faktor internal yakni keadaan kondidi fisik dan psikis siswa; faktor
eksternal yaitu kondisi lingkungan disekitas siswa, serta faktor pendekatan
belajar, yakni jenis upaya belajar siswa meliputi srategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran.
Buku ke-9
Nama
penulis : Dr. Oemar Hamalik
Judul
: KURIKILUM DAN PEMBELAJARAN
ISBN : 979-526-232-7
Tahun
terbit : 2011
Penerbit : PT Bumi Aksara
Rangkuman isi buku
Motivasi
adalah salah satu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh
timbulnya perasaan reaksi untuk mencapai tjuan, motivasi memiliki komponen
dalam dan komponen luar. Ada kaitan yag erat antara motivasi dan kebutuhan dan drive, dengan tjuan dan insentif.
Motivasi
berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi
mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan,
membina kreativitas dan imajinasi guru, pembinaan disiplin dikelas, dan
mementukan efektivitas pembelajaran.
Penentuan
jenis motivasi berdasarkan pendekatan kebutuhan manusia yang sifatnya
bertingkat-tingkat, pendekatan fungsional yang berdasarkan konsep-konsep
penggerak, harapan dan insentif: pendekatan deskriptifyang menunjuk pada
kejadian-kejadian yang dapat diamati.
Motivasi
memiliki 2 sifat yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Prinsip-prinsip untuk mendorong motivasi belajar dalam bentuk pemberian pujian
, kepuasan kebutuhan psikologis, intrinsik penguatan, penjalaran, pemahaman
atas tujuan, tugas yang dibebankan oleh dirinya, ganjaran dari luar, teknik
pembelajaran yang bervariasi, minar khusus siswa, penyesuaian dengan kondisi
siswa, menghindari adanya kecemasan, tingkat ksulitan tugas, kadar emosi,
pengeruh kelompok, kreativitas siswa.
Upaya
peningkatan motivasi belajar terdiri dari:
1. Penggerakan
dengan cara prinsip kebebasan, metode discovery, motivasi kompetensi, belajar
discovery, brainstorming, suasana yang berpusat pada siswa, pengajaran
berprogram.
2. Pemberian
harapan, dengan cara merumiskan TIK, tujuan yang langsung, intermediate, dan
jangka panjang, perubahan harapan, tingkat aspirasi.
3. Pemberian
insentif, dengan cara umpan balik hasil tes, pemberian hadiah, komentar,
kerjasama.
4. Pengaturan
tingkah laku siswa, dengan cara resituisi dan the ripple effect.
Konsep
pengajaran/pembelajaran terus berkembang, mulai dari:
1. Pengajaran
sama artinya dengan kegiatan mengajar,
2. Pengajaran
merupakan interaksi mengajara dan belajar, sampai pada,
3. Pengajar
sebagai suatu sistem.
Pendekatan
sistem pembelajaran sesuai dengan psikologi belajar sistematik, yang meliputi
aspek-aspek filosifis dan proses, dengan ciri-ciri sebagai proses pembelajaran
yang menggunakan metode untuk merancang sistem itu; serta mengikuti pola pikir
tertentu.
Berdasarkan
teori belajar ada 4 model pembelajaran:
1. Model
interaksi sosial
2. Model
proses informasi
3. Model
personal
4. Model
modofikaswi tingkah laku
Berdasarkan
teori-teori belajar diungkapkan paling tidak ada empat bentuk strategi
pembelajaran, yakni
1. Belajar
penerimaan atau informasi dengan strategi eksposotif.
2. Belajar
penemuan, atau proses pengalaman dan strategi inquiry discovery.
3. Belajar
penguasaan berdasarkan pendekatan kelompok dengan strategi belajar tuntas.
4. Pembelajaran
terpadu berdasarkan pendekatan integrasi dengan strategi pembelajaran unit.
Evaluasi pembelajaran
diarahkan kepada komponen input, koimponen proses dan komponen output
pembelajaran. Evalusai pembelajaran berfungsi untuk pengembangan program
kurikulium, serta untuk akreditasi program dan kelembagaan. Sasaran evaluasi
pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, unsur dinamis, pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran
menggunakan metode kuisioner, studi kasus, observasi, anecdotal records, dan
wawancara, yang masing0asing dilakukan dengan instrument penilaian tertentu.
Buku ke-10
Nama
penulis : Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN.,
M.Pd.
Judul
: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
ANAK DAN REMAJA
ISBN : 979-692-000-X
Tahun
terbit : 2012
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Rangkuman isi buku
Perkembangan itu
merupakan tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan
individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan
dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal,
maka akan menyebabakan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya.
Banyak melihat, banyak
mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat
untuk peningkatan ilmu dan kehidupan masyarakat.
Banyak membaca
buku-buku atau media cetak lainnya, semakin dipahami konsep-konsep tersebut,
semakin mudah untuk memperbincangkan dan semakinmudah pula bagi anak untuk
menggunakannya pada waktu berfikir.
Selanjutnya William Kay
mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:
a.
Menerima fisik sendiri berikut keragaman
kualitasnya.
b.
Mencapai kemandirian emosional diri
orang tua atau figur-figur yang memiliki /mempunyai otoritas.
c.
Mengembangkan keterampiulan komunikasi
interpersonal dan cara bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual atau kelompok.
d.
Menemukan manusia model yang dijadikan
identitas.
e.
Menerima dirinya sendiri dan memiliki
kepercayaan terhadap kemempuan sendiri.
f.
Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)
Anak belajar apa yang
dilarang itu buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik atau
benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan kata hati anak.
Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan
dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam mengembangkan kata
hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya. Hal ini lebih
baik dari pada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasu tertentu
masih tetap diperlukan.
Munculnya tugas-tugas
perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut.
1.
Kematangan fisik, misalnya belajar
berjalan.
2.
Tuntutan masyarakat secara cultural,
misalnya belajar membaca.
3.
Tuntutan dari dorongan cita-cita
individu sendiri, misalnya memilih pekerjaan.
Tuntutan norma agama,
misalnya taat beribadah kepada Allah.
Buku ke-11
Nama
penulis : Sarlito W. Sarwono
Judul
: PSIKOLOGI REMAJA
ISBN : 979-421-197-4
Tahun
terbit : 2011
Penerbit : PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Rangkuman isi buku
Hampir
semua orang tua di Indonesia mengahrapkan anaknya pandai disekolah. Mereka yang
mampu ingin anaknya menjadi sarjana. Seakan-akan dengan modal kepandaian
seseorang dijamin akan berhasil dalam hidupnya.
Kepandaian
sering kali diartikan angka rapor yang tinggi apalagi kalau bisa masuk rangking
10 besar. Tetapi, baik-buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh
kepandaiaan (yang dalam bahasa psikologinya dinamakan, inteligensi), karena hal
tersebut tergantung juga pada berbagai faktor lain, seperti cara guru mengajar,
lingkungan sekolah, hasrat belajar anak, kreativitas dan lain-lain.
Bahkan
dalam bidang-bidang lain diluar sekolah pun prestasi seseorang selalu merupakan
hasil perpadaun antara berbagai faktor termasuk intelegensi.
Jadi,
intelegensi memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Ukuran intelegensi di
ukur dalam IQ. Jenis-jenis intelegensi
yang dimaksud adalah sebagaoi berikut:
a.
Bodily kinesthetic : kecerdasan yang
terkait dengan gerakan anggota tubuh. Misalnya penari, tentara, polisi, dokter
dll.
b.
Interpersonal : kecerdasan yang terkait
dengan hubungan dengan orang lain. Peka terhadap perasaan, sifat, dan motivasi.
c.
Verbal-linguistic : kemempuan yang
terkait dengan kata-kata lisan maupun tulisan. Mahir dalam menulis, bercerita
membaca, menghafal kalimat-kalimat, memainkan kata-kata, berpidato.
d.
Logical-mathematical : bidang ini
menyangkut logika, penggunaan akal, kemampuan abstraksi dan angka. Bukan hanya
dalam pelajaran matematika atau IPA, namun juga diperlukan dalam merancang
penelitian, pengembangan program computer, dan aktivitas lain yangmemerlukan
kemampuan logika.
e.
Intrapersonal : kemempuan utama adalah
instropeksi dan refleksi diri. Orang yang beriteligensi intrapersonal yang
tinggi bisa tergolong introvert. Mereka paham akan dirinya sendiri, kekuatan
dan kelemahan dirinya, dan mampu mengenali keunikan dirinya dibandingkan orang
lain.
f.
Visual spatial : terkait dengan
kemampuan yang tinggi dalam mengambil keputusan dalam bidang penglihatan dan
ruang (space). Memori visual yang sangat kuat dan mereka mahir memainakan
memori itu menjadi suatu hal yang baru, indah dan artistic.
g.
Musical : kecerdasan musical terkait
dengan irama, musik, nada dan pendengaran. Mereka biasanya bisa bernyanyi dan
mempunyai nada suara yang pas (tidak sumbang). Kebanyakan juga bisa memainkan
alat musik dan merancang lagu.
Naturalistic : jenis
intelegensi ini merupakan pengembangan setelah 1997 jadi tidak terdapat dalam
teori. Walaupun banya yang tidak sependapat dan mengkritiknya lebih condong
kepada minat, bukan intelegensi, namun banyk yang berangga[an bahwa kecerdasan
naturalistic ada dan berdiri sendiri. Kaitan inteligensi ini adalah dengan
alam, baik pengenalan maupun pemeliharaan alam.
Buku ke-12
Nama
penulis : Drs. H. Abu Ahmadi
Drs.
Widodo Supriyono
Judul
: PSIKOLOGI BELAJAR (edisi
revisi)
ISBN : 979-518-046-0
Tahun
terbit : 2008
Penerbit : PT Ardi Mahasatya
Isi rangkuman buku
Sebenarnya
pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, manum belum
memandang anak tidak sebagai semestinya. Pada abad ke-17 Yohan Amos Comenius
yang pertama kali memandang anak sebagai anak didik yang mempunyai sifat-sifat
tertentu, yang tidak boleh dipandang sebagai orang dewasa. Ini tertulis dalam
buku Didactica Magna.
Pada
abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipeopori oleh Jean Yaques Rousseau memandang
anak sebagai anak.
Yean
Johan Heinrich Pestalozzi, memepelajari kelakuan anak dalam masa permainan. W.
Strenmempelajari kehidupan anak sebagai tinjauan pendidikan dan ketabiatan.
Frederich
Frobel menaruh cinta pada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman
kanak-kanakyang terkenal dengan nama Kinder Garten.
Kinder
– anak
Garten
– kebun –taman
Wilhelm
Preyer, terkenal dalam penyelidikan tentang perkembangan anak sejak embrio
sampai 3 tahun, yaitu tentang gerak-gerik perkembangan jasmani dan perkembangan
bahasa.
G.
Stanley Hall, mendirikan perkumpulan nasional untuk pendidikan kanak-kanak pada
abad 19 merupakan perkembangan dalam ilmu jiwa. W. Stern, dalam bukunya
psikologi anak yang membahas anak dalam segi kepribadiannya.
Karl
Buhler, yang membahas masalah jiwa anak dalam tinjauan segi berpikir. K. Koffka
meninjau dari segi ilmu jiwa Gestalt.
Ketiga
tokoh ini mengikuti pandangan bahwa perkembangan jiwa itu bersifat assosiatif,
tang sesuai dengan pandangan Johan Frederich Herbart.
Sehubung
dengan psikologi anak merupakan psikologi yang mempunyai objek sendiri, yaitu:
1.
Psikologi kanak-kanak (0-5 tahun)
2.
Psikologi anak dari (6-12 tahun)
3.
Psikologi remaja dari (12-20 tahun)
4.
Psikologi adolesen (psikologi umum)
Menurut
Langeveld bahwa:
1.
Perkembangan anak itu dipengaruhi oleh
lingkungannya
2.
Dalam usaha mendidik anak, pendidikan
yang bertanggung jawab. Oleh karena itu pendidikan harus merumuskan
sebaik-baiknya.
3.
Dalam usaha mendidik belum ada usaha
sempurna yaitu dalam usahanya mengembangkan yang positif yang ada pada anak.
Dalam
perkembangan manusia ada beberapa aliran atau pendapat antara lain:
1.
Aliran konvergensi bahwa perkembangan
manusia dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar.
2.
Aliran nativisme yaitu bahwa yang
membentuk pribadi manusia terbbentuk atau berasal dari faktor-faktor dari
dalam.
3.
Aliran empirisme yaitu pribadi manusia
itu ditentukan dari luar.
Pada masa anak memiliki kemampuan-kemampuan
yang dapat dibantu dalam perkenbangannya oleh guru disekolah, yaitu :
1.
Perkembangan sosialnya.
2.
Perkembangan perasaannya.
3.
Perkembangan motoriknya.
4.
Perkembangan bahasanya.
5.
Perkembangan berpikirnya.
6.
Perkembangan dalam pengematan.
7.
Perkembangan kesulitannya/religiusnya.
8.
Perkembangan tanggapam, fantasi.
9.
Perkembangan dalam mengambil keputusan.
10.
Perlkembangan perhatiannya.
Buku ke-13
h
Nama
penulis : Sardiman A.M.
Judul
: INTERAKSI & MOTIVASI
BELAJAR MENGAJAR
ISBN : 979-421-051-x
Tahun
terbit : 2011
Penerbit : PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Isi rangkuman buku
Guru
adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses pembelajaran atau
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang
berpotensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah
satu unsur bidang kependidikan harus berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntututan masyarakat yang semakin berkembang. Dalm arti khusu
dapat dikatakan bahwa pada setiap guru itu terletak tanggung jawab untuk
membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Berkaitan
dengan ini sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam
proses belajar mengajar, dalam usaha untuk mengantar siswa/anak didik ketaraf
yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru
harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik,
sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. Untuk dapat melaksanakan/
melakukan peran sebagai guru serta tanggung jawabnya, guru memerlukan
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru
dan manusia-manusia lain pada umumnya. Adapun syarat-syarat menjadi guru dapan
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok:
1.
Persyaratan administratif.
2.
Persaratan teknis.
3.
Persyaratan praktis.
4.
Persaratan fisik.
Dari
persyaratan di atas menunjukan bahwa guru menempati bagian “tersendiri” dengan
berbagai ciri khekhususannya, apalagi kalau dikaitan dengan tugas
keprofesiannya. Sesuai dengan dengan tugas keprofesiannya maka sifat dan
persyaratan tersebut secara garis besar da[at diklasifikasikan dalam spectrum
yang lebih luas, yakni guru harus :
1.
Memilii kemampuan profesional;
2.
Memilki kapasitas intelektual;
3.
Memiliki sifat edukasi sosial
Ketiga
syarat kemampuan itu diharapkan telah dimiliki oleh setiap guru, sehingga mampu
memenuhi fungsinya sebagai pendidik bangsa, guru disekolah dan pemimpin di
masyarakat. Untuk itu diperlukan kedewasaan dan kematangan dari guru itu
sendiri. Dengan kata lain bahwa ketida syarat tersebut perlu dihubungkan dengan
kedewasaan dan kematangan diri dari guru sendiri.
Seorang pekerja
profesional, khususnyta guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena
disamping menguasai sejumlah teknik atau prosedur kerja tertentu, seorang
pekerja profesional juga ditrandai dengan adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari
objek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja profesional atau guru
harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih
mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.
Buku ke-14
Nama
penulis : Purwa Atmaja Prawira
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM
PERSPEKTIF BARU
ISBN : 978-979-24-4903-4
Tahun
terbit : 2013
Penerbit : AR-RUZZ MEDIA
Isi
rangkuman buku
Setipa
makhluk hidup dalam suatu lingkungan, baik dalam lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Ketika hidup antara makhluk hidup sailing mengadakan
interaksi satu dengan yang lain. Pun demikian halnya dengan manusia atau
individu-individu di dalam masyarakat, mereka tidak jauh berbeda dengan
masyarakat yang lain.
Individu-individu
yang hidup dalam masyarakat saling berhubungan satu sama lain. Selian
berhubungan antara sesama makhluk hidup, individu juga saling berhubungan
dengan benda-benda mati. Seqwaktu mengadakan hubungan dengan lingkungan
sekitarnya, supaya manusia tetap nalam eksis dan diterima oleh lingkungannya,
terkadang diwarnai dengan persaingan-persaingan atau perlawanan–perlawanan
dengan sesama atau dengan keadaan lingkungan dan sekitarnya.
Masalah
penyesuaian diri bagi makhluk hidup atau yang lebih dikenal sebagai proses
adaptasi, khususnya manusia tidak hanya terjadi dengan lingkungan alam
sekitarnya. Penyesuaian diri juga tidak hanya terjadi di zaman dahulu saja. Hal
it uterus berlangsung dan terus ada hingga era globalisasi.
Berkaitan
dengan penyesuaian diri sebagai proses apabila sampai terjadi konflik antara
kebutuhan internal dan kebutuhan eksternal, alternative penyelesaiannya adalah
mengendalikan atau mengubah tuntutan internalnya, mengubah lingkungan sehingga
dapat memuaskan kebutuhannya dan dapat menggunakan mekanisme mental untuk
melarikan diri dari situasi konflik. Alternatif terakhir boleh jadi dapat
mempertahankan kesinambungan kepribadian individu yang bersangkutan.
Timbulnya
penyimpangan-penyimpangan perilaku anak didk/mahasiswa yang tidak cepat teratsi
dapat disebabkan oleh karena guru, dosen dan karyawan pegawai sekolah/kampus
yang kurang memperoleh pengetahuan kesehatan mental. Selain pengetahuan
tersebut mereka juga todak/kurang mendapatkan latihan-latihan yang berhubungan
dengan penyesuaian diri sehingga kurang terampil dapat menangani maslah
penyesuaian buruk yang timbul disekolah/lkampus. Permasalahan penyesuaian buruk
di lingkungan sekolah/kampus tidak sesederhana dan semudah yang dibanyakan.
Penyesuain
diri sebagai suatu proses dan hasil individu dan kelompok manusia mengahadapi
situasi-situasi baru dalam lingkungan hidupnya sehungga perilakunya dapat
diterima dislam hidup bersama dengan masyarakat sekitar.
Penyesuaian
diri dapat diinterpretasikan dari dua titik pandang. Pertama, penyesuaian
sebagai suatu hasil dengan menekankan pada kualitas atau efisiensi dalam
penyesuaian. Kedua, penyesuaian sebagai suatu proses atau terjadinya
penyesuaian individu-individu pada lingkungan dalam dan lingkungan luar.
Fudyartanto
(2003) menyebutkan beberapa hal sebagai pertanda atau kriteria kesehatan mental
individu.
a.
Adaptabilitas dan ketenangan jiwa.
b.
Merasa puas secara emosional.
c.
Mempunyai adaptabilitas sosial yang
baik.
d.
Mempunyai antusiasme dan pikiran
rasional.
e.
Mempunyai insight terhadap perilaku
sendiri, dapat mawa.
f.
Mempunyai keinginan-keinginan dan
cita-cita selaras dengan kepentingan-kepentingan sosial.
g.
Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik,
hobi-hobi yang baik, cinta pada kebaikan, kebenaran dan keindahan.
Buku ke-15
Nama
penulis : Prof. Dr. Sudarwan Danim
Dr. H. Khairil
Judul
: PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM
PERSPEKTIF BARU
ISBN : 978-602-8800-25-9
Tahun
terbit : 2011
Penerbit : ALFABETA
Isi
rangkuman buku
Prilaku
siswa diwarnai oleh pengalam sebelumnya. Tindakan dan sikap merek pun dibentuk
oleh pengelaman semacam itu. Namun demikian, tidak ada siswa yang mampu
mempelajari semua fokus disiplin ilmu. Oleh sebab itu dlalam kehidupan ini
banyak seklai kesamaan dan persamaan maka dalam banyak hal juga pengalaman atau
keterampilan tertentu dapat ditransfer kedalam situasi lain. Inilah yang
disebut dengan transfer pembelajaran atau transfer pengalaman.
Terlepas
dari perbedaan efek transfer positif dan negatif, aksoomi transfer sebagian
besar dibangun atas 2 dimensi. Pertama, hubungan antara situasi belajar primer
dan sekunder. Kedua usaha mental dan kognitif menjadi keniscayaan dalam proses
transfer itu.
1.
Perspektif efek.
2.
Persfektif situasi.
3.
Persfektif proses
4.
Ilmu pendidikan.
5.
Belajar dan transfer.
Pengetahuan
yang ada dalam konteks mendaji penting untuk belajar awal, tetapi tidak menjadi
fleksibel tanpa tingkat abstraksi yang melampaui konteks untuk mingkatkan
kemampuan transfer mengharuskan siswa menentukan koneksi pada beberapa konteks
atau setelah mereka mengembangkan solusi umudan strategi yang akan di terapkan
diluar konteks sekarang. Belajar harus dianggap sebagai proses yang aktif dan
dinamis, bukan produk statis. Siswa dapat meningkatkan transfer dengan terlibat
dalam penilaian yang melampaui kemampuannya saat ini. Meningkatkat transfer
dengan cara ini memerlukan instruksi untuk membantu siswa.
Memang
semuaaktivitas belajar itu esensinya sebagai transfer. Pemahaman materi
pelajaran baru sesungguhnya dibangun dari pengalaman sebelumnya, yang
menyiratkan bahwa guru dapat memfasilitasi transfer dengan mengaktifkan apa
yang siswa kaetahui dengan membuat pemikiran mereka terlihat.
Sebagian
besar penelitian teoritis dan empiris yang diterbitkan dalam beberapa dekade
terakhir telah dilakukan dengan referensi untuk mentransfer keterampilan
kognitif dan pengetahuan., misalnya berkaitan dengan penalaran pemecahan
masalah dan analodis (Gentner & Gentner, 1983). Transfer kognitif dalam
psikolgi menunjukkan dampak besar pada pelibatan konsep, baru metode, teori dan
data empiris. Transfer kognitif melibatkan dimensi analogi, metafora, serta
sifat dan kualitas reprentasi mental.
Imti metafora adalah
menjelaskan pengetahuan atau fenomena dengan objek yang dilambangakan. Berbeda
dengan metafora, analogi berkaitan dengan keadaan hubungan antara dua
representasi.
Komentar
Posting Komentar